Ia mengatakan, kenaikan belanja kesehatan tahun ini didorong oleh pembelian vaksin covid-19 dan pelaksanaan vaksinasinya. Selain itu, biaya perawatan pasien covid-19 juga melonjak seiring dengan kenaikan kasus pada awal tahun serta merebaknya varian delta pada Juli-Agustus lalu.
"Belanja kesehatan tahun ini melonjak sangat tinggi sebab pembelian vaksin dan pembayaran perawatan saat mengalami lonjakan covid-19 sesudah Natal dan Tahun Baru tahun lalu yakni Maret kemarin, serta menghadapi varian delta," kata dia dalam video conference, Kamis, 25 November 2021.
Sri Mulyani merinci belanja kesehatan ini di antaranya digunakan untuk:
- Klaim perawatan 713,9 ribu pasien covid-19 senilai Rp45,8 triliun, yaitu Rp3,5 triliun pada September dan Rp12,2 triliun pada Oktober. Pengadaan 121,4 juta dosis vaksin senilai Rp22,8 triliun terdiri dari Rp6,6 triliun pada September dan Rp1,7 triliun pada Oktober.
- Insentif bagi 1,2 juta tenaga kesehatan (nakes) pusat sebesar Rp7,7 triliun terdiri Rp1,2 triliun pada September dan Rp0,9 triliun pada Oktober.
- Realisasi insentif nakes daerah sebesar Rp5,4 triliun terdiri Rp0,9 triliun pada September dan Rp0,4 triliun pada Oktober.
- Pembayaran PBI JKN sebesar Rp38,4 triliun bagi 96,5 juta jiwa, BOK dan BOKB sebesar Rp8,1 triliun.
- Bantuan iuran JKN bagi peserta PBPU atau BP kelas IIII sebesar Rp1,4 triliun bagi 34,7 juta jiwa.
Adapun belanja kementerian/lembaga (K/L) ini direalisasikan kepada Kementerian Kesehatan sebesar Rp140 triliun, BKKBN Rp2,5 triliun, BPOM Rp1,3 triliun, Polri Rp2,1 triliun, Kementerian Pertahanan Rp1,3 triliun, BNPB Rp0,8 triliun, dan Kementerian Komunikasi dan Informatika Rp0,2 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News