"Memang dari kerja sama ini BI defisitnya akan lebih besar, tapi modal kami masih sangat besar dan cukup untuk menjaga kesinambungan dan juga kondisi keuangan dari BI," ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers secara virtual, Selasa, 24 Agustus 2021.
Perry membeberkan lebih lanjut bahwa rasio modal terhadap kewajiban moneter Bank Indonesia pada tahun lalu sebesar 8,46 persen. Kemudian pada tahun ini rasio modal bank sentral tersebut mengalami kenaikan menjadi 8,9 persen.
"Tapi itu dari sisi modal masih besar, jumlah modal Bank Indonesia masih mampu untuk menjaga kesinambungan keuangan Bank Indonesia," tegasnya.
Bank Indonesia sendiri baru saja melakukan kerja sama dengan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) untuk membeli kembali surat utang pemerintah. Bank sentral membeli Surat Berharga Negara (SBN) dalam skema burden sharing dalam rangka penanganan pandemi covid-19.
Adapun pembelian SBN di pasar perdana oleh Bank Indonesia tertuang dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) Gubernur BI dan Menteri Keuangan Ketiga atau SKB III. Totalnya Rp439 triliun, terdiri atas Rp215 triliun untuk 2021 dan Rp224 triliun untuk 2022.
SKB III terdiri dari dua klaster. Pada Klaster A, Bank Indonesia akan berkontribusi atas seluruh biaya bunga untuk pembiayaan vaksinasi dan penanganan kesehatan dengan limit maksimal sebesar Rp58 triliun pada 2021. Selanjutnya di 2022, Bank Indonesia juga akan kembali menanggung Rp40 triliun sesuai dengan kemampuan neraca BI.
Sementara untuk Klaster B adalah penanganan kesehatan selain Klaster A dan pendanaan untuk berbagai program perlindungan sosial bagi masyarakat dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Dalam hal ini BI akan berkontribusi sebesar Rp157 triliun pada 2021 dan sebesar Rp184 triliun pada 2022.
"Jadi kerja sama ini adalah koordinasi yang erat dari kebijakan fiskal dan moneter untuk bersama-sama menangani covid-19 pada bidang kesehatan dan kemanusiaan agar dapat segera memulihkan ekonomi, mengurangi beban negara yang sangat besar, dan juga mendorong kemampuan pemerintah dari fiskal untuk mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional," tutup Perry.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News