Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah mengatakan, ada kecenderungan BI akan menaikkan suku bunga acuannya pada tahun depan. Meski begitu, ia menyebut, yang perlu diwaspadai adalah kenaikan suku bunga kredit yang lebih cepat saat terjadi kenaikan suku bunga acuan bank sentral.
"Jadi kalau kita lihat kebijakan moneter ini ketika dia turun, dia cepat sekali suku bunga depositonya, suku bunga kredit sangat lambat. Bagaimana kalau di 2022 ketika BI akan menaikkan suku bunga? Yang terjadi terbalik nanti, kenaikan suku bunga deposito lebih lambat, kenaikan suku bunga kreditnya yang lebih cepat," kata dia dalam video conference, Rabu, 29 Desember 2021.
Menurut dia, normalisasi kebijakan moneter ini tidak hanya dilakukan oleh BI, namun juga bank-bank sentral di seluruh dunia. Pasalnya dengan perkiraan pandemi yang mereda di 2022 sehingga membantu pemulihan perekonomian maka akan menyebabkan normalisasi mulai dari tapering off hingga menaikkan suku bunga.
"Negara maju itu akan melakukan normalisasi, ada tapering off dan ada kenaikan suku bunga. Tapi dampaknya dengan kondisi moneter domestik tidak akan besar, jadi tinggal bagaimana BI melakukan penyesuaian, tetap berupaya untuk melakukan kebijakan yang akomodatif, support terhadap pertumbuhan ekonomi di tengah normalisasi di global," ungkapnya.
Piter menambahkan, kendati akan menaikkan suku bunga acuan, namun kenaikan ini relatif tidak akan besar. Ia memperkirakan era suku bunga rendah masih akan dilakukan, hanya saja tantangan yang perlu dihadapi oleh BI saat ini adalah bagaimana meningkatkan efektivitas dari transmisi kebijakan moneter itu sendiri.
"Penurunan suku bunga yang di 2022 akan menjadi kenaikan suku bunga acuan harus bisa benar-benar terefleksikan di dalam suku bunga perbankan dan terefleksikan dalam penyaluran kredit dan investasi, sehingga kebijakan moneter yang akomodatif itu benar-benar kita rasakan sehingga bisa mendorong pertumbuhan ekonomi kita menjadi lebih baik," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News