"Emas ini salah satu nilai tukar yang harganya stabil dan (nilainya) akan semakin terus mengalami kenaikan apabila perang itu terjadi," kata Nico kepada Medcom.id, Rabu, 2 Maret 2022.
Nico menjelaskan ketika investor berbondong-bondong berinvestasi pada komoditas emas, otomatis investasi yang memiliki risiko tinggi ditinggalkan. Walaupun masih ada yang berinvestasi pada instrumen bonds, jumlahnya tidak signifikan.
"Mereka akan cenderung lebih banyak bermain disana," ucapnya.
Kendati demikian, tidak semua investor akan langsung mengalihkan portofolio investasi pada komoditas emas. Tetap saja ada yang mengeruk cuan pada pasar modal lantaran saham-saham emiten migas dan pertambangan tengah terdongkrak akibat konflik tersebut.
"Investor akan terkena imbasnya. Itu nanti yang berhubungan dengan emiten-emiten yang berhubungan dengan emas, minyak, komoditas. Ini emiten-emiten ini yang mengalami kenaikan," tambah dia.
Dihubungi terpisah, Deputi Head of Research Sinarmas Sekuritas Ike Widyawati menjelaskan ketegangan di Ukraina akan berdampak pada rantai pasok gas. Termasuk harga komoditas timah yang merupakan salah satu bahan dalam pembuatan senjata.
"Bermasalahnya rantai pasokan gas, membuat harga minyak mentah terkerek serta komoditas turunannya juga mengikuti hal tersebut," katanya kepada Medcom.id.
Adapun kenaikan harga komoditas untuk bahan bakar dan timah itu direspons dengan melesatnya saham ELSA, MEDC, TINS, dan NIKL.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News