Maklum, realisasi pemanfaatan keuangan syariah di Indonesia hingga saat ini baru mencapai 8,5 persen. Artinya, potensi ekonomi dan keuangan syariah nasional perlu pengembangan lebih lanjut. Setidaknya ada empat tantangan dan kendala yang dihadapinya dalam pengembangan sektor ini.
"Tantangan yang dihadapi itu sekarang ini adalah permodalan, saya kira itu masalahnya. Selama ini yang dihadapi oleh perbankan itu dia hidup dengan dana mahal, yaitu dana yang sifatnya mudarabah atau deposito, itu mahal. Sedangkan dana tabungan itu masih belum besar. Karena itu, yang harus digalakkan itu adalah dana-dana murah ini," ujar Ma'ruf dalam Dialog Spesial Indonesia Bicara secara virtual, Kamis, 6 Agustus 2020.
Tantangan selanjutnya terkait dengan lambannya pengembangan dan inovasi terhadap produk-produk halal dan syariah. Terkait hal ini Wapres meminta para pelaku usaha produk syariah kreatif dan inovatif dalam meraup pangsa pasar.
"Produk-produknya harus variatif dan harus market friendly. Jadi syariah ini harus banyak membuat produk-produk yang banyak yang memang di market itu disukai," paparnya.
Ketiga terkait sumber daya manusia. Dalam hal ini, tegas Wapres, perlu peningkatan kualitas sumber daya manusia agar tenaga keuangan syariah di Indonesia lebih baik lagi dalam mengelola ekonomi dan keuangan syariah yang mereka geluti.
Keempat infrastruktur, terkait dengan ekosistem dan teknologi. Soal ini lembaga keuangan syariah diminta untuk mengimplementasikan teknologi dalam setiap layanan jasa keuangan mereka. Wapres bilang, pemanfaatan teknologi amat penting, terlebih di tengah pandemi covid-19 seperti saat ini.
"Kalau bank yang induk, itu biasanya lebih baik karena dia menggunakan fasilitas induknya. Tapi yang tidak punya induk itu perlu dorongan untuk bisa melakukan kelengkapan-kelengkapan teknologi IT-nya," tutup Ma'ruf.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News