Indeks saham pada perdagangan kemarin ditutup melemah 5,01 persen. Pada perdagangan sesi satu Jumat, 11 September 2020 indeks terpantau berada pada level 4.954,43 atau menguat 62,96 poin (1,29 persen).
Bhima mengatakan hal ini tidak berhubungan. Dia mengatakan entitas investor sangatlah beragam. Bisa saja, aksi jual ramai-ramai dilakukan oleh para spekulan. Dia mencontohkan kejadian pada Agustus lalu saat Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan ekonomi anjlok, harga IHSG justru naik.
"Pada hilang ingatan bawa-bawa IHSG anjlok gara-gara (Gubernur DKI Jakarta) Anies (Baswedan mengumumkan PSBB). Pada lupa ada decoupling alias tidak nyambung antara sektor riil dan keuangan. BPS umumkan ekonomi anjlok, IHSG malah naik. Apa ini namanya? Pelajaran penting buat kita semua. Pasar saham itu punya short term memory," ujar Bhima dalam unggahan instagramnya, Jumat, 11 September 2020.
Investor, kata Bhima, terdiri dari banyak entitas. Ada juga yang spekulan jangka pendek, yaitu melihat harga saham emiten turun untuk waktunya membeli, kemudian menjual lagi dan profit taking alias ambil untung.
"Pertimbangan kadang bukan fundamental. Dan berapa banyak yang main gorengan (saham)," kata Bhima.
Saham gorengan dapat diartikan sebagai saham perusahaan yang kenaikannya tiba-tiba melejit tak seperti biasanya, karena pergerakannya sedang direkayasa pelaku pasar dengan kepentingan tertentu. Kedua, kata Bhima, pasar saham IHSG itu kapitalisasinya terhadap PDB di Indonesia hanya 46,8 persen, sedangkan Malaysia 110,8 persen, dan Thailand 104,7 persen.
"Jadi kecil sekali, tidak bisa menjadi ukuran sukses atau tidaknya kebijakan," kata Bhima.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id