"Likuiditas dan beberapa indikator, katakanlah, aset masih potensial (untuk industri perbankan syariah tumbuh). Apalagi tahun ini kita melihat adanya penggabungan (bank syariah nasional). Ini pendorong ekspansi (untuk perbankan syariah) di 2021," kata Direktur Eksekutif Indef Tauhid Ahmad, dalam Customer & Media Gathering CIMB Niaga Syariah, Senin, 7 Desember 2020.
Namun tantangannya, Tauhid menjelaskan, ialah bagaimana pelaku perbankan syariah menangkap peluang di tengah proses pemulihan ekonomi yang tidak mudah usai terhantam pandemi covid-19. Potensi yang ada harus bisa ditangkap secermat mungkin agar menjadi pendorong pertumbuhan bisnis perbankan syariah.
"Sekarang pemerintah banyak memberikan bantuan seperti restrukturisasi, Kredit Usaha Rakyat (KUR), dan bantuan pemerintah yang akan menambah dana di masyarakat. Tapi ke depan pasti akan berkurang dan pada saat itu bank syariah memiliki potensi pasar yang besar," tuturnya.
Sementara itu, Direktur Syariah Banking CIMB Niaga Pandji P Djajanegara menambahkan di sepanjang 2020 ini bisnis CIMB Niaga Syariah turut mengalami tekanan sejalan dengan adanya pandemi covid-19. Namun, tidak semua lini bisnis mengalami penurunan akibat virus mematikan itu.
"Kalau dari sisi konsumer masih tumbuh. Memang tumbuhnya tidak sebesar dibandingkan dengan pertumbuhan yang terjadi selama 2019. Tapi tetap tumbuh. Kalau bicara konsumer kita akan bicara KPR. KPR tetap tumbuh. Di kuartal keempat tahun ini yang cukup baik adalah pertumbuhan KPR atau konsumer," jelas Pandji.
Sedangkan di 2021, masih kata Pandji, CIMB Niaga Syariah akan tetap fokus menjaga aset tetap berkualitas guna menopang laju bisnis. Kemudian, Pandji menambahkan, CIMB Niaga Syariah menargetkan laju bisnis bisa tumbuh 10 persen di sepanjang tahun depan.
"Kita minimal tumbuh 10 persen di 2021, baik liabilitas maupun aset. Fokusnya adalah bagaimana menjaga yang namanya aset-aset tetap berkualitas yang menjadi salah satu tugas utama kami," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News