Industri keuangan syariah. Foto: Medcom.id.
Industri keuangan syariah. Foto: Medcom.id.

Perlu Keberagaman dalam Pemasaran Produk Keuangan Syariah

Antara • 05 April 2024 12:49
Jakarta: Direktur Riset Indef Berly Martawardaya mengatakan studi sosiologi dan antropologi terkait keuangan syariah perlu ditingkatkan untuk melihat perilaku konsumen dan segmentasi pasar dengan lebih baik demi mengoptimalkan pertumbuhan ekonomi syariah.
 
Ia mengatakan terdapat perbedaan pendekatan dalam pemasaran produk-produk keuangan syariah kepada beberapa kelompok masyarakat di Indonesia, yang oleh antropolog Amerika Serikat Clifford Geertz diklasifikasikan menjadi kelompok santri, abangan, dan priayi.
 
baca juga:  Indonesia Konsisten Kembangkan Potensi Ekonomi Syariah Indonesia untuk Dunia

"Di Indonesia kita klasifikasi utamanya tidak berdasarkan etnis dan agama, tapi spektrum, namanya nasionalis dan islamis. Jadi kalau titelnya (nama banknya) sangat Islamis itu produk-produknya juga ya mudharabah, musyarakah, murabahah, semacam itu," ujar Berly Martawardaya, dilansir Antara, Jumat, 5 April 2024.
 
Menurutnya, dahulu kelompok priayi dan abangan tidak familiar dan kurang nyaman menggunakan produk-produk dengan jenama berbahasa Arab sehingga bank syariah pertama yang muncul di Indonesia pun memilih untuk menggunakan nama berbahasa Arab yang sudah akrab di telinga masyarakat.

Ia juga menemukan sebagian besar bank yang masuk dalam Best Islamic Financial Institution menurut media keuangan asal Inggris, The Banker, tidak menggunakan nama-nama Islami maupun istilah syariah.
 
Misalnya, Arab National Bank dan Saudi National Bank dari Arab Saudi, National Bank of Kuwait dan Kuwait Finance House dari Kuwait, serta Maybank dari Malaysia.
 
Berly menuturkan penyematan kata syariah pada banyak bank-bank di Indonesia saat ini cenderung bertujuan untuk menarik minat calon nasabah dari kelompok yang diklasifikasikan sebagai santri tersebut.
 
Sementara itu, pendekatan terhadap masyarakat umum yang bukan berasal dari kelompok santri tersebut kini dilakukan melalui konsep hijrah.
 
"Tentu pendekatan ini hanya mempan untuk yang sudah punya roots atau nilai Islam yang kuat, tapi kalau yang belum itu justru akan backfire (menjadi bumerang). Jadi ini yang perlu disiapkan karena belum banyak studi sosiologi dan antropologi terhadap keuangan syariah," ucapnya.

Gunakan banyak strategi pemasaran

Berly pun menyarankan pelaku industri keuangan syariah untuk tidak menggunakan satu strategi pemasaran yang sama bagi seluruh kelompok masyarakat mengingat kondisi masyarakat Indonesia yang amat majemuk.
 
Ia mengatakan perlu adanya segmentasi yang detail dan narasi yang berbeda untuk segmen-segmen calon nasabah yang berbeda pula sehingga perbankan maupun sektor riil syariah nasional dapat semakin maju.
 
"Segmentasi dan targeting penting ya, jadi strategi marketing dan strategi ekspansi tidak boleh one size fits all,” kata dia.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan