Mengutip data Bloomberg, Senin, 29 Juli 2024, rupiah hingga pukul 09.57 WIB berada di level Rp16.282 per USD. Mata uang Garuda tersebut menguat 19 poin atau setara 0,11 persen dari Rp16.301 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah pada waktu yang sama berada di level Rp16.279 per USD, menguat tipis lima poin atau setara 0,03 persen dari Rp16.284 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah pada hari ini akan bergerak secara fluktuatif, meski demikian rupiah diprediksi akan kembali melemah.
"Untuk perdagangan Senin ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.290 per USD hingga Rp16.370 per USD," ujar Ibrahim dalam analisis hariannya.
Baca juga: Pemerintah Banyak Ngutang, ULN Indonesia Nambah Banyak Jadi Rp6.598 Triliun |
Pasar pelototi utang Indonesia ke Tiongkok
Ibrahim mengungkapkan, pasar terus memantau perkembangan Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia ke Tiongkok yang terpantau membengkak dalam 10 tahun kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi), dengan posisi terakhir pada Mei 2024 senilai USD22,86 miliar atau setara Rp372,3 triliun (kurs Rp16.288 per dolar AS).
Berdasarkan Data Statistik Utang Luar Negeri milik Bank Indonesia (BI), secara umum posisi ULN Indonesia pada akhir Mei 2024 ini berada di angka USD407,3 miliar atau setara Rp6.634,1 triliun. Posisi tersebut naik 1,8 persen (year-on-year/yoy) dari Mei 2023 yang senilai Rp400,24 miliar.
Secara bulanan atau month-to-month (mtm) dari April 2024 pun, posisi utang luar negeri naik 2,1 persen dari USD398,82 miliar menjadi USD407,3 miliar. Bank Indonesia mencatat kenaikan utang terutama didorong oleh bank sentral, dengan nilai USD18,78 miliar pada Mei 2024, naik dari USD9,26 miliar pada Mei 2023.
"Walaupun utang membengkak, namun Struktur ULN Indonesia hingga Mei 2024 tetap sehat, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. Hal ini tercermin dari rasio ULN Indonesia terhadap PDB yang tercatat sebesar 29,8 persen, serta didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 85,9 persen dari total ULN," ungkap Ibrahim.
Khusus posisi ULN Indonesia terhadap Tiongkok, tercatat adanya kenaikan baik secara tahunan maupun bulanan yang masing-masing sebesar 14,28 persen (yoy) dan 4,0 persen (yoy). Namun Jika membandingkan ULN dari Tiongkok dengan total ULN secara keseluruhan, porsi utang dari Tiongkok memang tercatat hanya sekitar 5,6 persen dari total utang Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News