Mengutip data Bloomberg, Kamis, 22 Juni 2023, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp14.940 per USD. Mata uang Garuda tersebut naik 11,5 poin atau setara 0,08 persen dari posisi Rp14.952 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengatakan penguatan rupiah utamanya disebabkan oleh langkah Bank Indonesia (BI) yang mempertahankan kebijakan moneternya.
"BI kembali menahan suku bunga acuan BI 7-Days Reverse Repo Rate (BI7DRR), dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Juni 2023, untuk tetap di level 5,75 persen. Keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini sesuai dengan prediksi para analis," ungkap Ibrahim dalam analisis hariannya.
Adapun keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini konsisten dengan stance kebijakan moneter untuk memastikan inflasi yang diperkirakan tetap bergerak di kisaran tiga persen plus minus satu persen hingga akhir 2023. Kemudian, turun ke kisaran 2,5 persen plus minus satu persen pada 2024.
Fokus kebijakan BI saat ini sendiri diarahkan pada stabilitas nilai tukar rupiah untuk mengendalikan inflasi barang impor atau imported inflation. Selain itu, pengendalian rupiah juga untuk memitigasi dampak rambatan dari ketidakpastian pasar keuangan global.
Memasuki masa endemi
Di sisi lain, Indonesia yang sekarang menyandang status endemi dari masa pandemi covid-19 juga turut membuat taji rupiah meruncing. Status ini sendiri diumumkan langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Kasus corona di Indonesia pertama kali ditemukan pada Maret 2020. Sejak saat itu, pemerintah melakukan berbagai upaya untuk mencegah dampak penyebaran corona," urai Ibrahim.
Pemerintah sempat menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB. Setelah itu, pemerintah menetapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Kebijakan PPKM telah dicabut sejak akhir tahun lalu. Pemerintah juga mulai mengakhiri kebijakan wajib masker di tempat umum, termasuk di transportasi publik.
"Jokowi sebelumnya juga sudah memberi sinyal soal pengumuman Indonesia masuk ke masa endemi. Di masa endemi nanti, pemerintah tidak lagi menanggung biaya perawatan jika terkena covid-19."
Baca juga: BI Masih Tahan Suku Bunga di 5,75% |
Dolar AS nyungsep
Sementara itu, dolar AS stabil terhadap mata uang lainnya pada perdagangan hari ini mendekati level terendahnya dalam satu bulan terakhir, setelah kesaksian Ketua Federal Reserve Jerome Powell kepada Kongres.
Ketua Federal Reserve Jerome Powell muncul di hadapan Kongres Komite Jasa Keuangan DPR. Ini adalah hari pertama dari kesaksian dua hari semi-tahunannya, dan dia tetap menyampaikan pesan serta menyatakan kenaikan suku bunga AS lebih lanjut.
Namun, dia menolak untuk berkomitmen pada kenaikan suku bunga pada Juli, seperti yang diperkirakan beberapa orang. Sementara pendiriannya ditentang oleh anggota Fed lainnya yang menyerukan jeda panjang dalam siklus kenaikan suku bunga bank sentral.
Selain itu, Bank sentral Inggris secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga untuk ke-13 kalinya berturut-turut, tetapi peluang kenaikan sebesar 50 basis poin terangkat setelah indeks inflasi utama negara itu pada Mei bertahan di 8,7 persen, tertinggi dari setiap ekonomi negara besar.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, Ibrahim memprediksi rupiah pada perdagangan besok akan bergerak secara fluktuatif meskipun kemungkinan besar akan kembali mengalami penguatan.
"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp14.910 per USD hingga Rp14.980 per USD," tutup Ibrahim.
*Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id*
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News