Bali: Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tak menampik maraknya ajakan influencer untuk memilih saham tertentu. Namun, fenomena 'pompom' saham ini ibarat dua sisi mata uang. Di satu sisi bisa menjerumuskan para investor ritel, dan di sisi lain bisa mendorong masyarakat untuk terjun ke dunia saham.
Namun, Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal II OJK Yunita Linda Sari mengingatkan para investor dan calon investor agar lebih rasional dan bijak saat berinvestasi di pasar saham. Pasalnya, pergerakan saham memiliki volatilitas yang tinggi.
"Kita akan terus galakkan sosialisasi terhadap investor dan calon investor bahwa melihat pasar itu jangan tertumpu pada emosi. Lebih banyak mungkin ada rasionalisme terhadap fundamental, laporan, dan sebagainya," ujar Yunita dalam Pelatihan dan Gathering Wartawan Media Massa di Bali, Sabtu, 10 April 2021.
Menurut Yunita, pergerakan harga di pasar saham dalam negeri saat ini masih banyak dipengaruhi berita-berita yang beredar di pasar, bukan berdasarkan fundamental. "Tapi kalau dilihat secara benar analisis terhadap perusahaan-perusahaan yang listing di bursa itu sebetulnya secara fundamental mereka masih tetap ada," paparnya
Adapun nilai kapitalisasi pasar saham per 8 April 2021 mencapai Rp7.173,15 triliun. Angka ini naik 2,93 persen dibandingkan per 30 Desember 2020 sebesar Rp6.968,94 triliun.
"Alhamdulillah naik, karena waktu pandemi itu ikutan jatuh sejalan dengan jatuhnya indeks pada Maret 2020. Waktu itu pertama kali dalam sejarah, pasar modal Indonesia sempat shock," sebut dia.
Sedangkan kapitalisasi pasar modal terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada periode yang sama sebesar 46,48 persen. Jumlah ini juga mengalami kenaikan dibandingkan posisi pada 30 Desember 2020 sebesar 45,15 persen.
"Hal ini mendorong perkembangan kapitalisasi pasar saham yang didukung jumlah emiten dan perusahaan publik di Indonesia yang mengalami kenaikan," ucap Yunita.
Meskipun menguat, lanjut Yunita, belum melandainya kasus covid-19 di Indonesia masih dapat berpotensi menimbulkan shock bagi pergerakan pasar ke depan. Meskipun koreksi yang akan terjadi di pasar saham masih wajar.
"Ada beberapa berita yang memengaruhi IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan), yaitu ada investor institusi yang mengekspresikan niatnya untuk mengurangi investasi di pasar modal," pungkas Yunita.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News