Mengutip Bloomberg, Sabtu, 6 Februari 2021, nilai tukar rupiah pada perdagangan di awal pekan atau tepatnya Senin, 1 Februari, berada di posisi Rp14.042 per USD. Lalu pada Selasa, 2 Februari, nilai tukar rupiah berada di level Rp14.044 per USD. Kemudian pada Rabu, 3 Februari, nilai tukar rupiah menguat ke posisi Rp14.017 per USD.
Sedangkan pada Kamis, 4 Februari, nilai tukar rupiah tertekan ke posisi Rp14.036 per USD. Kemudian pada akhir pekan atau tepatnya Jumat, 5 Februari, nilai tukar rupiah berada di level Rp14.062 per USD. Mata uang Garuda mengalami volatilitas di tengah upaya pemerintah menggenjot pemulihan ekonomi guna memerangi pandemi covid-19.
Sementara itu, dolar Amerika Serikat melemah terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Jumat waktu setempat (Sabtu WIB), setelah laporan pekerjaan Amerika Serikat menghentikan reli. Hal itu menunjukkan beberapa pedagang mungkin telah menilai berlebihan terkait pemulihan Amerika.
Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya turun 0,5 persen menjadi 91,028, tetapi masih mempertahankan kenaikan mingguan 0,6 persen. Euro menguat 0,7 persen menjadi 1,2042 dolar, merupakan kenaikan harian terbesarnya dalam lebih dari dua bulan.
Laporan tersebut menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja AS bangkit kembali tapi kurang dari yang diharapkan pada Januari dan kehilangan pekerjaan pada bulan sebelumnya lebih dalam dari yang diperkirakan, memperkuat alasan untuk uang bantuan tambahan guna membantu pemulihan dari pandemi covid-19.
Greenback turun 0,1 persen terhadap yen di 105,42. Perubahan yang lebih moderat terhadap yen. Ahli Strategi Bannockburn Global Forex Marc Chandler mengatakan konsisten dengan imbal hasil obligasi AS jangka panjang yang naik tipis sebagai reaksi terhadap laporan tersebut. Serta dukungan yang diberikannya untuk pengeluaran pemerintah tambahan.
Selisih antara imbal hasil obligasi pemerintah dua tahun dan 10 tahun, yang dipandang sebagai indikator ekspektasi ekonomi, melebar hingga 106 basis poin dan terbesar sejak Mei 2017.
Presiden AS Joe Biden mengutip laporan itu ketika ia dan sekutu Demokratnya mendorong langkah-langkah menuju paket bantuan covid-19 senilai USD1,9 triliun, termasuk pemungutan suara di Senat dan satu lagi yang diharapkan di DPR. Langkah tersebut bertujuan untuk mengamankan pengeluaran sebelum tunjangan pengangguran khusus berakhir pada 15 Maret.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News