Menurutnya, perlu upaya ekstra bagi Bank Syariah Indonesia menjawab tantangan industri syariah saat ini.
"BSI ini masih perlu melakukan berbagai upaya guna menjangkau dan melayani masyarakat di daerah. Karena peringkat nomor tujuh (sebagai bank aset terbesar) di Indonesia saja belum cukup," kata Wimboh dalam BSI-IDX Debut secara virtual, Kamis, 4 Februari 2021.
Wimboh menyebutkan salah satu PR tersebut adalah meningkatkan pemahaman masyarakat Indonesia terhadap produk dan layanan keuangan syariah.
"Tingkat inklusi keuangan syariah sebesar 9,1 persen, sementara konvensional 76,19 persen. Tingkat literasi keuangan syariah sebesar 8,93 persen, semenetara konvensional 38,03 persen," sebutnya.
Kemudian, PR lainnya adalah meningkatkan sumber daya manusia yang berkapabilitas dan memahami industri keuangan syariah, terutama dalam mengakselerasi digitalisasi produk keuangan syariah.
Lalu terkait competitiveness produk dan layanan syariah. Wimboh menyebutkan, saat ini kedua hal tersebut belum setara jika dibandingkan industri keuangan konvensional.
"Model bisnis dan variasi produk syariah yang relatif masih terbatas," jelasnya.
Terakhir, Wimboh menambahkan keuangan syariah juga belum terintegrasi dengan ekosistem industri halal sehingga market share keuangan syariah juga masih rendah.
Oleh karena itu, keberadaan Bank Syariah Indonesia selain diyakini mampu meningkatkan kapasitas permodalan, sumber daya bank syariah juga diharapkan menjadikan kelembagaan bank syariah kuat.
"Diharapkan terdapat Bank Syariah BUKU (Bank Umum Kegiatan Usaha) 4 sehingga memiliki kapasitas dan jaringan perbankan syariah yang memadai," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News