Mengutip data Kementerian Keuangan, Selasa, 13 Juli 2021, hingga semester I realisasi pembiayaan utang mencapai Rp443 triliun atau 37,6 persen dari yang ditetapkan di APBN. Adapun prognosa untuk semester kedua pembiayaan utang akan sebesar Rp515,1 triliun atau 43 persen dari yang ditetapkan di APBN.
Artinya sepanjang tahun pembiayaan utang hanya akan terealisasi sebesar Rp958,1 triliun, atau Rp219 triliun lebih rendah dari yang ditetapkan dalam APBN.
"Jauh lebih rendah Rp219 triliun. Ini hal bagus berarti kita kurangi kenaikan utang yang tadinya Rp1.177,4 triliun menjadi Rp958,1 triliun atau turun 18,6 persen," kata Ani sapaan akrab dirinya dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR RI di Jakarta.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini memperkirakan realisasi defisit APBN tahun ini hanya akan mencapai Rp939,6 triliun atau lebih kecil Rp66,8 triliun dibandingkan pagu yang telah ditetapkan yakni Rp1.006,4 triliun.
Perkiraan defisit yang lebih kecil Rp66,8 triliun dari pagu terjadi karena pendapatan negara tahun ini diproyeksikan mencapai Rp1.760,7 triliun atau 101 persen dari target APBN 2021 sebesar Rp1.743,6 triliun.
Sementara itu, belanja negara diperkirakan akan terserap 98,2 persen dari target APBN 2021 sebesar Rp2.750 triliun yaitu Rp2.700 triliun. Serta Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) tahun ini realisasinya diperkirakan mencapai Rp770 triliun atau 96,9 persen dari target Rp795 triliun atau tumbuh 1,1 persen.
Di sisi lain, pemerintah akan mengoptimalkan penggunaan saldo anggaran lebih (SAL) untuk pembiayaan investasi sebesar Rp16,9 triliun, salah satunya untuk mengucurkan penyertaan modal negara (PMN) bagi PT Hutama Karya (Persero) Rp10 triliun yang mengerjakan proyek Jalan Tol Trans Sumatera.
"SAL yang kita pakai secara optimal pemanfaatan tambahan SAL untuk investasi pemerintah dalam hal jalan tol Sumatra dan pemanfaatan investasi," jelas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News