Hasil penelitian DBS Group Research menunjukkan bahwa sejak perang dagang AS-Tiongkok merebak pada 2018, nilai tukar telah berhasil melewati beberapa rangkaian gejolak. Hal ini menjadi sebuah pencapaian yang sangat baik lewat penghargaan yang diraih Bank Indonesia (BI) sebagai manajer cadangan devisa terbaik di Central Banking Awards 2021.
"BI diakui atas keberhasilannya menstabilkan rupiah selama pandemi covid-19 di bawah kerangka alokasi strategis faktor makro baru," demikian penelitian DBS Group Research dikutip Jumat, 24 September 2021.
Terlepas dari beberapa gejolak pada kurva imbal hasil surat berharga pemerintah AS yang lebih tajam pada awal tahun ini, rupiah membuktikan ketahanannya terhadap gelombang kedua covid-19 sejak Juni hingga Juli. Di sisi lain, sikap Bank Sentral AS juga cenderung keras sejak Juni 2021.
"Berbeda dengan episode taper tantrum 2013, Indonesia tidak dicirikan oleh ketidakseimbangan makroekonomi utama saat ini. Sebagai contoh, Indeks Harga Konsumen dan inflasi inti berada di bawah target resmi 2-4 persen sejak Agustus 2020," tulis penelitian tersebut.
Defisit transaksi berjalan kembali pada paruh pertama 2021 setelah surplus pada paruh kedua 2020, selisihnya tidak sebesar pada 2013. Meskipun demikian, lembaga pemeringkat menaruh perhatian pada komitmen pemerintah untuk melakukan konsolidasi fiskal pasca skema berbagi beban fiskal untuk memerangi pandemi.
Hasil penelitian DBS Group Research menilai bahwa terdapat sedikit ruang untuk berpuas diri. Bank Sentral AS berniat untuk mulai mengurangi pembelian aset sebelum akhir 2021, hal itu menjadi faktor utama yang mendukung dolar AS tahun ini.
"Untuk saat ini, tidak ada pengulangan perbedaan kebijakan moneter utama (misalnya Abenomics dan ECB QE vs penurunan pembelian aset dan kenaikan nilai tukar AS) yang mendorong dolar AS naik pada 2013-2015. Namun, gejolak pasar keuangan dapat meningkat karena lebih banyak bank sentral global menghentikan stimulus pandemi mereka," tutup penelitian DBS Group Research.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News