Ilustrasi. Foto: MI/Rommy Pujianto
Ilustrasi. Foto: MI/Rommy Pujianto

Lonjakan Aliran Modal Masuk di Akhir 2020 Bikin Rupiah Melesat

Husen Miftahudin • 20 Januari 2021 13:03
Jakarta: Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) menilai perbaikan sejumlah indikator perekonomian dalam negeri sehingga membuat arus modal mengalir deras ke Indonesia. Hal ini menyebabkan terjadinya apresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD).
 
"Berbagai rentetan kejadian telah memberikan dampak pada kondisi perekonomian Indonesia, seperti Neraca Pembayaran Indonesia, neraca keuangan, hasil pemilu AS, serta peluncuran vaksin pada pertengahan November lalu yang memicu sentimen positif oleh investor," ungkap Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky dalam rilis analisis makroekonomi RDG BI edisi Januari 2021 yang dikutip Rabu, 20 Januari 2021.
 
Teuku mengungkapkan bahwa rupiah mengalami apresiasi yang kuat dari sekitar Rp14.600 per USD menjadi Rp14.000 per USD. Sejak saat itu, aliran modal masuk masih terjadi di Indonesia dan mengapresiasi rupiah hingga mencapai di bawah Rp13.800 per USD pada pekan pertama 2021.

Dari sisi neraca transaksi berjalan, perdagangan luar negeri Indonesia juga menunjukkan sinyal yang cukup baik. Neraca perdagangan pada bulan terakhir 2020 mengalami peningkatkan, ekspor bulanan mencapai USD16,5 miliar (meningkat 14,6 yoy dan 8,4 persen mtm), mencatatkan nilai ekspor tertinggi sejak Desember 2013.
 
"Angka ekspor yang positif didorong oleh kenaikan harga komoditas seperti batu bara, minyak, tembaga, dan minyak sawit," paparnya.
 
Selain itu, lanjut teuku, peningkatan permintaan dari berbagai negara juga berperan dalam peningkatan ekspor seiring dengan lonjakan permintaan minyak hewani dan nabati, mesin, serta produk pakaian dari AS, Tiongkok, dan negara-negara ASEAN.
 
Kedua faktor inilah yang menyebabkan terjadinya lonjakan USD ke pasar domestik, sehingga menempatkan rupiah pada kinerja terbaiknya selama 2020. Mengakhiri tahun 2020 dengan kinerja yang sangat baik, rupiah memiliki langkah yang kuat dalam memasuki tahun 2021.
 
"Terlepas dari peningkatan kasus harian pasien covid-19 di Indonesia dan lebih banyaknya rekor kasus harian baru yang tercatat, sentimen positif oleh investor asing telah menempatkan rupiah di antara mata uang negara berkembang dengan performa terbaik," sebut Teuku.
 
Sentimen positif tersebut mendorong investor asing mengalihkan portofolionya ke aset yang lebih berisiko, tercermin dari meningkatnya minat beli obligasi pemerintah Indonesia. Imbal hasil obligasi pemerintah, baik jangka panjang maupun jangka pendek, perlahan mengalami peningkatan sejak awal tahun, imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 10 tahun dan satu tahun mengalami penurunan sekitar 5,9 persen dan 4,0 persen selama hari terakhir 2020, mencapai tingkat terendah sejak 2013.
 
Arus modal yang masuk secara masif didorong oleh kepercayaan investor asing dan kinerja perdagangan yang kuat, terlihat dari menumpuknya cadangan devisa BI. Hingga Desember 2020, cadangan devisa bank sentral mencapai USD135,9 miliar, meningkat dari USD133,6 miliar dibandingkan bulan sebelumnya.
 
"Setara dengan sekitar sepuluh bulan impor, jauh lebih tinggi dari standar internasional tiga bulan impor. Jumlah cadangan devisa yang disimpan BI menunjukkan jumlah likuiditas yang cukup untuk memenuhi kewajibannya dalam menjaga stabilitas harga mata uang. Hal ini mungkin menjadi permulaan yang baik dalam hal kapasitas BI untuk bertahan di 2021," pungkasnya.  
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEV)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan