Pengamat pasar modal dari Finvesol Consulting Fendy Susiyanto menilai strategi Gojek melebarkan sayap ke perbankan digital merupakan langkah yang tepat. Sebab, Gojek membutuhkan peran perbankan dalam mendorong jutaan driver dan ratusan ribu UMKM.
"Sinergi Gojek dengan Bank Jago akan semakin memantapkan kehadiran sistem keuangan dan perbankan digital di Indonesia. Masuknya Gojek ke industri keuangan juga membuktikan bahwa bank masih memiliki posisi strategis dalam perekonomian," kata Fendi kepada wartawan, Sabtu, 19 Desember 2020.
Co-CEO Gojek Andre Soelistyo sebelumnya mengatakan investasi di Bank Jago merupakan bagian dari strategi bisnis jangka panjang yang akan memperkuat pertumbuhan dan keberlanjutan bisnis Gojek ke depannya. Kemitraan dengan Bank Jago adalah sebuah pencapaian baru bagi Gojek dalam menyediakan berbagai solusi dari masalah sehari-hari melalui teknologi.
Menurut Andre, bank berbasis teknologi seperti Bank Jago akan memperkuat ekosistem Gojek sekaligus akan membuka akses yang lebih luas kepada layanan perbankan digital bagi masyarakat Indonesia. Hal ini sejalan dengan visi kedua perusahaan untuk mendorong percepatan inklusi keuangan di Indonesia.
“Kolaborasi ini akan menjadi awal dari cara baru dalam menawarkan layanan keuangan kepada para pengguna Gojek. Melalui kolaborasi ini, kami juga dapat mengembangkan model agar bisa bermitra dengan berbagai institusi perbankan lainnya. Kami ingin terus meningkatkan kerjasama seperti ini, agar aplikasi Gojek dapat semakin menjadi andalan masyarakat dalam memenuhi berbagai kebutuhan finansial mereka," kata Andre.
Gojek menjadi pemegang saham Bank Jago melalui PT Dompet Karya Anak Bangsa. Transaksi sebanyak 1.956.600.000 saham di harga Rp1.150 per saham atau sekitar Rp 2,25 triliun itu menjadikan Gopay kini menguasai 22,16 persen saham Bank Jago. Sebelumnya Gopay telah memiliki 449.145.000 saham, sehingga kini menjadi 2.405.745.000 lembar saham.
Fendi menjelaskan kehadiran bank digital akan semakin penting mengingat infrastruktur sudah tersedia, ditambah dengan 80 persen masyarakat Indonesia telah menggunakan smartphone. Investasi Gojek juga terjadi pada waktu yang tepat yakni memanfaatkan terjadinya akselerasi digitalisasi selama masa pandemi.
Peran strategis bank sebagai lembaga intermediasi, lanjut Fendi, akan menemukan momentumnya melalui digitalisasi produk dan layanan. Jutaan UMKM dan masyarakat yang selama ini belum mendapatkan akses bank dapat dengan mudah dijangkau hanya dengan smartphone.
"Gojek sudah punya ekosistem bisnis yang matang dengan jutaan pengguna, jutaan driver dan ratusan ribu UMKM. Sebagai pemimpin pasar, masuknya Gojek tentunya akan mendorong percepatan bisnis Bank Jago, mengingat infrastruktur dan pasarnya sudah siap. Biaya untuk mendapatkan nasabah baru atau 'user acquisition' juga lebih efisien," ungkap Fendi.
Potensi perbankan digital di Indonesia sangat cerah. Selain populasi yang sangat besar, Indonesia juga memiliki fundamental ekonomi yang kuat. Menurut Fendi, persaingan perbankan akan semakin ketat dengan hadirnya layanan dan produk berbasis digital. Oleh sebab itu Indonesia memiliki kepentingan untuk melahirkan bank-bank digital yang kuat dan kompetitif.
"Penting sekali mendukung lahirnya bank digital lokal yang kuat. Dengan sumber daya dan pengalaman yang ada, SDM lokal punya kapasitas untuk melahirkan bank digital lokal yang besar. Bank Jago salah satu yang didukung SDM yang sudah terbukti karyanya di industri perbankan nasional," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News