Direktur Utama Bank BRI Sunarso - - Foto: dok BRI
Direktur Utama Bank BRI Sunarso - - Foto: dok BRI

Bos BRI: Right Issue BRI Oversubscribe 1,53%

Husen Miftahudin • 29 September 2021 14:44
Jakarta: Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Sunarso mengaku puas dengan hasil penambahan modal melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau right issue.

Dalam aksi tersebut, BRI melepas 28,2 miliar saham baru yang diperdagangkan dengan nilai perolehan dana penuh sebesar Rp96 triliun.
 
"Right issue ini dilakukan dengan tujuan untuk pembentukan holding ultra mikro, telah selesai dilaksanakan, dan sangat memuaskan hasilnya," ucap Sunarso dalam IDX Opening Bell: Right Issue BRI, Rabu, 29 September 2021.
 
Sunarso menekankan, sebagai perusahaan pelat merah BRI bertugas untuk menciptakan nilai, baik itu nilai ekonomi maupun nilai sosial. Oleh karenanya, aksi right issue ini dinilai sejalan dengan visi besar BRI untuk menjadi the most valuable banking group in Southeast Asia.

"Jadi artinya memang semangat kita untuk selalu create value, dan kita ingin menjadi the most valuable banking group in Southeast Asia. Kedua, kita ingin menjadi champion of financial inclusion," tuturnya.
 
Ia menjelaskan bahwa create value dalam merealisasikan BRI menjadi the most valuable banking group in Southeast Asia dilakukan dengan merangkul stakeholder dan shareholder. Terkait hal tersebut, BRI harus memastikan sumber pertumbuhan baru.
 
"Sumber pertumbuhan baru itu untuk bank seperti BRI yang DNA-nya adalah UMKM, maka tidak bisa tidak, kita harus menjadi jawara dalam financial inclusion," sebut dia.
 
Sebab itu, Sunarso mengharapkan proses pembentukan nilai yang akan dilaksanakan perseroan harus dijaga baik secara pemahamannya maupun spiritnya terhadap nasabah. Hal itu dimaksudkan agar perusahaan dapat memberikan layanan kepada nasabah sebanyak mungkin dan dengan biaya yang semurah mungkin.

 
"Itulah sinergi dari tiga entitas besar, yakni Bank Rakyat Indonesia, Pegadaian, dan PNM (Permodalan Nasional Madani," jelasnya.
 
Kemudian untuk stakeholder yang bernama karyawan, pekerja, pegawai, Sunarso menilai bahwa pembentukan holding ultra mikro akan memberikan kesempatan kepada mereka untuk menumbuhkembangkan karirnya secara optimal sesuai dengan potensinya masing-masing.
 
Dengan wadah yang lebih besar, jelas Sunarso, akan memberikan lebih banyak kesempatan kepada para pegawai tiga entitas tersebut untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Hal itu pun perlu dikompetisikan agar pegawai berlomba-lomba mengeluarkan potensi terbaiknya.
 
Kepada pemegang saham atau shareholder, pihaknya ingin menyampaikan pesan bahwa dengan holding ultra mikro dalam satu ekosistem ini memberikan kepastian sumber pertumbuhan baru yang berkelanjutan, baik untuk saat ini maupun masa depan.

 
"Terakhir, stakeholder yang bernama pemerintah sudah barang tentu value creation ini akan menciptakan economic value yang bagi pemerintah karena sebagai pemegang saham juga bisa akan dikontribusikan dalam bentuk dividen ataukah pajak. Sedangkan shareholder yang nonpemerintah atau publik pasti akan menikmati seluruh proses peningkatan value dari economic value yang dibentuk oleh ekosistem ini," ucap dia.
 
Kendati demikian, Sunarso menilai pemerintah juga akan banyak mendapatkan manfaat dari terbentuknya ekosistem tersebut dimana yang paling penting adalah integrasi data, terutama di ekonomi akar rumput atau grass root economy maupun poor economy di ultra mikro.
 
"Karena masih sering menghadapi berbagai kesulitan karena tantangan, pandemi, ekonomi kita masih tidak bisa diserahkan begitu saja di pasar. Maka itu, perlu intervensi dari kebijakan negara melalui berbagai stimulus," pungkas Sunarso.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(Des)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan