Ilustrasi. FOTO: Spencer Platt/AFP
Ilustrasi. FOTO: Spencer Platt/AFP

Investasi Emas Jadi Primadona saat Pandemi

Angga Bratadharma • 26 Agustus 2020 13:34
Jakarta: Pandemi covid-19 telah menghantam aktivitas ekonomi dunia, termasuk di Indonesia. Meski virus mematikan itu memberikan efek negatif, namun ternyata ada dampak positifnya yakni investasi di komoditas berjangka terutama logam mulia berupa emas kian menggeliat, bahkan menjadi primadona.
 
Direktur Utama PT Bursa Berjangka Jakarta Stephanus Paulus Lumintang membenarkan pada masa pandemi covid-19 seperti sekarang telah terjadi peningkatan signifikan investasi di komoditas, terutama pada kontrak emas. Meski tidak dipungkiri, virus mematikan itu telah menimbulkan kerugian dari aspek perekonomian.
 
"Pandemi covid-19 ini sangat luar biasa. Bagi bisnis penerbangan, hotel, retail dan lain-lain banyak sekali mengalami penurunan, bahkan mengalami penutupan. Tapi di industri kita ini (komoditas berjangka) khususnya enam bulan ini peningkatan sangat signifikan," kata Stephanus, dalam sebuah konferensi virtual, Rabu, 26 Agustus 2020.

Menurutnya pandemi covid-19 membuat hampir seluruh aktivitas dilakukan secara daring termasuk berinvestasi. Bahkan, adanya penerapan protokol kesehatan dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) memicu geliat ekonomi lebih didominasi secara online guna memutus mata rantai penyebaran covid-19.
 
Berangkat dari indikator itu, termasuk kuatnya minat masyarakat berinvestasi membuat Stephanus yakin industri komoditas berjangka akan terus tumbuh secara pesat di masa mendatang. Hal itu tentu juga harus didukung oleh upaya dan strategi yang dilakukan oleh para pelaku bisnis komoditas berjangka di Tanah Air.
 
"Saya yakin dengan ketangguhan dan keuletan dan dalam era pandemi serta serba online sekarang mau tidak mau maka online menjadi primadona. Saya yakin target (pertumbuhan di industri komoditas berjangka) akan terlampaui," tuturnya.
 
Ia menceritakan bahwa dalam 20 tahun beroperasinya Bursa Berjangka Jakarta rekor transaksi terjadi pada 2011. Namun, rekor itu kembali terpecahkan pada 2020 karena pandemi covid-19 mendorong penggunaan online dalam berbagai macam aktivitas sekaligus memicu masyarakat berinvestasi di industri komoditas berjangka.
 
"Pada 2020 ini telah pecah rekor harga emas dunia dalam sejarah dan mencapai USD2.000 per ons," tuturnya.
 
Sementara itu, perdagangan emas mengakhiri momen kenaikannya pada sesi perdagangan Senin, 10 Agustus. Kondisi itu setelah rilisnya data pengangguran Amerika Serikat dan optimisme terhadap pemulihan dari pandemi covid-19 mulai terlihat di tengah uji coba vaksin dari beberapa negara.
 
Perdagangan emas terus melemah dari level tertinggi sepanjang sejarah USD2.072 per ons ke level USD1.862.50 per ons atau turun sebanyak 16 persen. Hingga Rabu, 26 Agustus, harga emas stabil di atas level psikologis USD1.900 per ons. Adapun ekspektasi para pelaku pasar terhadap kenaikan harga emas tetap berlanjut.
 
Pimpinan Cabang PT Solid Gold Berjangka cabang Jakarta Dikki Soetopo meyakini tren emas tetap stabil di atas level USD1.900 per ons hingga akhir tahun. Hal itu sesuai dengan keyakinan para analis global yang menyatakan harga emas berpotensi menembus kembali rekor tertinggi di level USD2.100 per ons di akhir 2020 ini.
 
Ia menjelaskan alasan fundamental yang memperkuat hal ini adalah ketidakpastian ekonomi global dan resesi yang meluas ke banyak negara. Meski optimisme terhadap vaksin covid-19 cukup tinggi, lanjutnya, namun ekspektasi investor terhadap pemulihan ekonomi belum menyeluruh.
 
Dikki menambahkan selama pandemi tren peningkatan transaksi di produk loco gold meningkat sebesar 30 persen dari tahun sebelumnya. Sementara itu untuk nasabah baru mengalami penambahan hingga Juli 2020 sebanyak 247 nasabah baru.
 
Menurutnya berita lonjakan harga emas turut mengedukasi masyarakat bahwa ada alternatif investasi logam mulia dalam bentuk kontrak berjangka yang berpeluang lebih menguntungkan dengan syarat manajemen risiko yang terjaga.
 
Dikki mengungkapkan, total volume transaksi PT Solid Gold Berjangka, khususnya cabang Jakarta dari Januari hingga Juli 2020 mengalami pertumbuhan 30 persen menjadi 60.797 lot dibandingkan dengan posisi yang sama di 2019.
 
"Di tengah situasi pandemi, peluang investasi emas menjadi sangat menarik karena sifatnya yang safe haven. Artinya memiliki nilai yang stabil di tengah ketidakpastian ekonomi yang diakibatkan berbagai faktor. Kami tetap optimistis target volume transaksi 100 ribu lot dan 600 nasabah baru akan tetap terkejar meski dalam kondisi pandemi sekarang," pungkas Dikki. 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan