Presiden Direktur Barito Pacific Agus Pangestu mengatakan, berlanjutnya ketidakstabilan geopolitik dan kebijakan covid-19 yang ketat di Tiongkok menjadi faktor utama yang memengaruhi kinerja perusahaan di sembilan bulan pertama 2022. Tekanan pada margin petrokimia terjadi dikarenakan meningkatnya harga bahan baku yang tidak diikuti dengan kenaikan sebanding harga produk petrokimia.
"Hal ini bukan berarti belum pernah terjadi sebelumnya, dimana kami telah bertahan dengan baik melewati volatilitas yang tinggi pada sektor petrokimia, dan saat ini memiliki ketahanan konsolidasi pilar yang jauh lebih kuat seiring dengan kinerja yang stabil pada segmen energi," kata Agus Pangestu dalam keterangan tertulis, Sabtu, 5 November 2022.
Adapun posisi EBITDA perseroan sebesar USD360 juta pada sembilan bulan pertama 2022, dari porsi USD639 juta di periode yang sama 2021.
Baca juga: Kemenperin Akselerasi Industri Petrokimia Terapkan Ekonomi Sirkular |
Bisnis panas bumi milik perusahaan (Star Energy), kata dia, terus memberikan kinerja positif terhadap Barito Pacific, dengan pendapatan pada sembilan bulan pertama 2022 yang tumbuh 6,8 persen menjadi USD424 juta dan EBITDA naik 7,2 persen (yoy) menjadi USD354 juta.
"Tingkat operasi rata-rata pada ketiga aset tetap terjaga di atas 90 persen dengan faktor intermitensi yang rendah menegaskan profil keandalan energi panas bumi yang tinggi," ucap dia.
Perusahaan, sambung dia, juga berhasil menjaga neraca keuangan, dengan debt to capital sebesar 44 persen dan net debt to equity sebesar 0.42x pada sembilan bulan pertama 2022.
Bisnis petrokimia milik perusahaan, yakni Chandra Asri mempertahankan kebijakan keuangan yang hati-hati dengan likuiditas yang kuat dan terus menerima dukungan dari pasar modal atas keberhasilan penyelesaian penerbitan obligasi senilai Rp2 triliun. "Lalu stock split yang sukses 1:4 untuk meningkatkan likuiditas saham," jelas dia.
*Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id*
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News