"Dolar AS jatuh setelah laporan nonfarm payrolls (NFP) AS untuk Oktober menunjukkan ekonomi terbesar dunia itu menciptakan lebih banyak pekerjaan baru dari yang diharapkan, tetapi juga menunjukkan tanda-tanda perlambatan dengan tingkat pengangguran yang lebih tinggi dan inflasi upah yang lebih rendah," tulis Tim Riset Monex Investindo Futures, dilansir dari Antara, Senin, 7 November 2022.
Dolar AS awalnya naik setelah rilis data, tetapi jatuh karena pelaku pasar mencerna laporan pekerjaan, mencatat data tidak semuanya positif, dan mendukung pandangan The Federal Reserve dapat memperlambat laju kenaikan suku bunga pada masa depan.
Laporan ketenagakerjaan nonpertanian atau NFP AS meningkat 261 ribu bulan lalu. Data untuk September direvisi lebih tinggi untuk menunjukkan 315 ribu pekerjaan ditambahkan, bukan 263 ribu seperti yang dilaporkan sebelumnya.
Baca: KTT G20 Berkontribusi Rp7,4 Triliun bagi PDB Indonesia |
Sebelumnya ekonom yang disurvei oleh Reuters telah memperkirakan 200 ribu pekerjaan, dengan perkiraan mulai dari 120 ribu hingga 300 ribu. Namun, tingkat pengangguran Negeri Paman Sam naik menjadi 3,7 persen dari 3,5 persen September.
Penghasilan per jam rata-rata meningkat 0,4 persen setelah naik 0,3 persen pada September, tetapi kenaikan upah melambat menjadi 4,7 persen secara tahunan pada Oktober setelah naik lima persen pada September.
Pada Jumat, 4 November, rupiah ditutup melemah 43 poin atau 0,27 persen ke posisi Rp15.738 per USD dibandingkan dengan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.695 per USD.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News