Dukungan yang berikan yakni pinjaman pembiayaan bersama bank lainnya, obligasi rupiah (IDR Bonds), hingga surat utang jangka menengah (Medium Term Notes/MTN) kepada sejumlah nasabah korporasi. Bentuk dukungan ini juga bertujuan untuk mendorong roda perekonomian Indonesia yang terdampak covid-19.
Corporate Banking Director PT Bank DBS Indonesia Kunardy Lie mengatakan meskipun saat ini kondisi ekonomi Indonesia masih terus terdampak pandemi covid-19, namun Bank DBS Indonesia masih optimistis bisa menyalurkan kredit kepada nasabah korporasi. Pasalnya, terlihat masih ada sektor korporasi lain yang memiliki peluang pertumbuhan di tengah pandemi.
"Sehingga permintaan kredit baru terus bertumbuh," kata Kunardy, dalam keterangan resminya, Senin, 14 Desember 2020.
Ia berpandangan dukungan pinjaman kepada nasabah korporasi tidak hanya membantu mereka untuk mengembangkan bisnis, tetapi secara luas juga mempercepat pemulihan ekonomi Indonesia. "Kami juga merasa bangga ditunjuk menjadi Joint Lead Managers dan Bookrunners dari grup-grup besar di Indonesia," tuturnya.
Di sisi lain, Bank DBS Indonesia melihat adanya potensi perkembangan kebutuhan akan wealth management seiring dengan kenaikan aset kekayaan di Indonesia. Saat ini Ultra High Net Worth Individual (UHNWI) Indonesia diproyeksikan menjadi yang tertinggi kelima di dunia dan jauh lebih tinggi dari rata-rata global dan Asia.
Berdasarkan outlook IMF, Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita Indonesia diperkirakan mencapai USD5.000 pada 2024, sehingga lanskap wealth management Indonesia juga diprediksikan akan meningkat dalam 4-5 tahun dari sekarang, yang didorong oleh pertumbuhan kekayaan investor muda.
Indikator utama peningkatan pasar wealth management adalah jumlah investor reksa dana yang tumbuh empat kali lipat dalam tiga tahun terakhir, dari sebanyak 444.945 menjadi 1.774.493 pada akhir 2019. Peluang ini diambil oleh Bank DBS Indonesia dengan menyediakan berbagai solusi finansial yang disesuaikan dengan setiap tahapan kehidupan nasabah.
Executive Director, Wealth Management Talent Rotation Bank DBS Indonesia Keng Swee mengatakan Indonesia merupakan pasar yang sangat berkembang dalam hal wealth management, namun pertumbuhannya terhambat oleh terbatasnya akses nasabah terhadap investasi dan pengelolaan aset kekayaan.
Mengacu pada jurnal yang dirilis Hubbis September lalu, lanjutnya, penetrasi Asset Under Management (AUM) Indonesia hanya sekitar empat persen dari PDB. Angka tersebut masih tergolong rendah dibandingkan dengan beberapa negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, dan lainnya sebesar 15-25 persen.
"Pendapatan per kapita Indonesia saat ini berada di angka USD4.100, sedangkan diperlukan pendapatan per kapita sebesar USD5.000 agar lanskap wealth management Indonesia dapat memaksimalkan potensinya," pungkas Keng Swee.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News