Ilustrasi. Foto: MI
Ilustrasi. Foto: MI

IHSG Dibuka Melemah ke 7.176! Apa Penyebabnya dan Ke Mana Arah Pasar Selanjutnya?

Annisa ayu artanti • 13 Juni 2025 09:31
Jakarta: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Jumat pagi, 13 Juni 2025, dibuka melemah 28,19 poin atau 0,39 persen ke level 7.176,18. 
 
Koreksi juga terjadi pada indeks LQ45, yang turun 4,23 poin atau 0,52 persen ke posisi 803,65.
 
Melansir Antara, Jumat, 13 Juni 2025, penurunan ini terjadi di tengah meningkatnya ketidakpastian arah kebijakan perdagangan global, terutama dari Amerika Serikat yang kembali mengirim sinyal keras soal tarif perdagangan.

Peluang IHSG masih terbuka untuk menguat?

Meski dibuka melemah, Head of Retail Research BNI Sekuritas, Fanny Suherman, menilai IHSG masih memiliki potensi untuk bangkit.

“IHSG masih potensi melanjutkan kenaikan sepanjang masih kuat di support 7.200,” ujar Fanny.
 
Menurutnya, selama IHSG mampu bertahan di atas area support tersebut, peluang penguatan lanjutan tetap terbuka. 
 
Investor disarankan mencermati pergerakan teknikal dan memanfaatkan momentum koreksi untuk mengakumulasi saham-saham pilihan.
 
Baca juga: IHSG Hari Ini Merana! Komoditas Lesu

Ketidakpastian dari AS membayangi pasar global

Salah satu sentimen utama yang menekan pasar hari ini adalah pernyataan dari Presiden AS Donald Trump, yang mengisyaratkan ketegangan dagang masih belum sepenuhnya mereda.
 
Trump menyatakan kesiapannya untuk memperpanjang tenggat negosiasi tarif hingga 8 Juli. Namun, ia juga menilai perpanjangan waktu tersebut kemungkinan tidak diperlukan karena kesepakatan besar dengan Tiongkok hampir tercapai.
 
“Kami sudah membuat kesepakatan besar dengan China. Kami juga tengah bernegosiasi dengan Jepang, Korea Selatan, dan beberapa negara lain,” kata Trump.
 
Ia juga menambahkan bahwa surat resmi akan segera dikirim ke negara-negara mitra dagang dalam satu hingga dua minggu ke depan, menegaskan arah kebijakan dagangnya.

Tarif impor Tiongkok masih jadi ancaman

Pernyataan lain yang turut memberi tekanan adalah sinyal bahwa tarif impor atas produk China akan tetap tinggi, bahkan bisa mencapai 55 persen. 
 
Informasi ini dikonfirmasi oleh Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, yang menyatakan bahwa tarif akan tetap diberlakukan di tingkat tersebut.
 
Kebijakan ini bisa mengganggu rantai pasok global dan berdampak pada sentimen investor di banyak negara, termasuk Indonesia.

Kasus Boeing tekan Wall Street

Dari sektor korporasi global, saham Boeing ikut mengalami tekanan setelah insiden kecelakaan pesawat Dreamliner 787 milik Air India yang membawa 242 penumpang. Saham perusahaan tersebut turun hampir 5 persen di bursa AS.
 
Kabar ini turut memberikan tekanan lanjutan pada sektor penerbangan dan transportasi yang juga menjadi perhatian pelaku pasar domestik.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ANN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan