Berdasarkan laporan keuangan konsolidasian interim yang tidak diaudit dalam keterangan di keterbukaan Bursa Efek Indonesia (BEI) dikutip Selasa, 21 Oktober 2025, laba bersih tahun berjalan PJAA tercatat sebesar Rp58,18 miliar atau turun sekitar 42% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp99,93 miliar.
Penurunan laba terutama dipicu oleh melemahnya pendapatan usaha, yang susut dari Rp881,45 miliar pada September 2024 menjadi Rp798,53 miliar pada September 2025.
Meskipun beban pokok pendapatan dan beban langsung turun tipis menjadi Rp440,03 miliar, margin laba bruto tetap tertekan. Laba bruto tercatat sebesar Rp358,50 miliar, turun dari Rp438,34 miliar setahun sebelumnya. Beban operasional juga masih cukup tinggi. Beban umum dan administrasi meningkat menjadi Rp187,51 miliar, sementara beban penjualan mencapai Rp23,96 miliar.
Beban keuangan turun dari Rp76,36 miliar menjadi Rp56,47 miliar, namun belum cukup menahan penurunan laba usaha yang merosot dari Rp238,39 miliar menjadi Rp164,29 miliar.
Lalu dari sisi distribusi laba, pemilik entitas induk memperoleh laba bersih sebesar Rp58,62 miliar, sedangkan kepentingan nonpengendali mencatat rugi Rp440 juta. Laba per saham dasar juga ikut menurun dari Rp63 menjadi Rp37 per lembar saham.
Kinerja yang melambat ini mencerminkan adanya tekanan terhadap sektor rekreasi dan properti yang menjadi lini utama bisnis Ancol, di tengah biaya operasional yang masih tinggi dan penurunan pendapatan di beberapa unit usaha.
Utang Ancol Turun Drastis
PJAA dan entitas anak mencatat penurunan signifikan pada total liabilitas hingga akhir September 2025. Berdasarkan laporan posisi keuangan konsolidasian interim perusahaan, total liabilitas tercatat sebesar Rp1,68 triliun atau menyusut dibanding posisi per 31 Desember 2024 yang mencapai Rp1,86 triliun.Penurunan terbesar terjadi pada pos utang bank jangka pendek, yang turun tajam dari Rp244,78 miliar di akhir 2024 menjadi hanya Rp24,85 miliar pada akhir September 2025.
Beban akrual dan provisi juga sedikit menurun dari Rp173,10 miliar menjadi Rp165,75 miliar. Secara keseluruhan, total liabilitas jangka pendek berkurang dari Rp569,55 miliar menjadi Rp342,47 miliar.
Sementara itu, liabilitas jangka panjang mengalami kenaikan tipis dari Rp1,29 triliun menjadi Rp1,34 triliun. Peningkatan tersebut dipicu oleh naiknya utang bank jangka panjang yang kini mencapai Rp73,13 miliar, serta kenaikan pada liabilitas imbalan kerja menjadi Rp172,56 miliar.
Dari sisi ekuitas, PJAA menunjukkan kinerja yang tetap solid. Total ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk meningkat dari Rp1,71 triliun menjadi Rp1,73 triliun.
Peningkatan ini didorong oleh naiknya saldo laba ditentukan penggunaannya dan belum ditentukan penggunaannya yang masing-masing mencapai Rp46,59 miliar dan Rp1,44 triliun.
Dengan demikian, total aset bersih (liabilitas dan ekuitas) perusahaan per 30 September 2025 tercatat sebesar Rp3,44 triliun, sedikit lebih rendah dibanding Rp3,59 triliun pada akhir 2024.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id