Ilustrasi aset kripto. Foto: AFP/Ina Fassbender
Ilustrasi aset kripto. Foto: AFP/Ina Fassbender

Bitcoin Tembus USD 95.000, Inflow ETF Capai USD 3 Miliar: Arah Menuju USD100.000?

Annisa ayu artanti • 29 April 2025 18:58
Jakarta: Harga Bitcoin kembali mencatatkan reli signifikan dengan menembus level USD95.500, tertinggi sejak Februari 2025. 
 
Penguatan ini dipicu oleh masuknya dana jumbo ke produk Exchange Traded Fund (ETF) Bitcoin, yang mencapai lebih dari USD 3 miliar dalam sepekan terakhir.
 
Menurut data SoSoValue yang dirangkum oleh Ajaib, Selasa, 29 April 2025, 12 ETF Bitcoin yang tercatat di bursa global mencatatkan inflow terbesar sejak Desember 2024. Lonjakan dana ini menunjukkan bahwa minat investor terhadap Bitcoin kembali meningkat, meskipun pasar global masih dibayangi ketidakpastian geopolitik.

ETF Bitcoin, yang melacak harga Bitcoin sering dianggap sebagai barometer sentimen pasar terhadap kripto.
 
Arus masuk dana besar menunjukkan optimisme pasar terhadap masa depan Bitcoin, terutama sebagai aset lindung nilai saat pasar sedang volatil.

Dari USD75.000 ke USD95.500 Bitcoin naik 8 persen

Sempat jatuh ke USD 75.000 pada 7 April, harga Bitcoin melesat 8 persen hanya dalam waktu tujuh hari. Katalis utama di balik pemulihan ini adalah keputusan Presiden Donald Trump yang menangguhkan sebagian besar tarif perdagangan selama 90 hari kecuali untuk Tiongkok. Hal ini memberi napas segar bagi pasar saham dan kripto.
 
Sejak pengumuman penangguhan tersebut, Bitcoin sudah menguat lebih dari 14 persen. Kinerja ini semakin mengukuhkan posisi Bitcoin sebagai alternatif safe haven, di tengah gejolak ekonomi dan ketidakpastian kebijakan.
 
Baca juga: Menyingkap Nilai Intrinsik Bitcoin: Benarkah Hanya Sebatas Spekulasi?

Ethereum, XRP, dan Solana ikut bangkit

Tak hanya Bitcoin yang mencuri perhatian. Pasar kripto secara keseluruhan ikut bergairah. Ethereum (ETH) mencatat kenaikan 11 persen, XRP naik 9 persen, dan Solana (SOL) menguat 8 persen dalam sepekan. 
 
Kembalinya minat terhadap aset kripto ini juga ditopang oleh sentimen positif dari kebijakan makroekonomi global.

Apa yang dinanti pasar pekan ini?

Pelaku pasar kini menanti sejumlah data ekonomi penting dari AS yang berpotensi memengaruhi harga Bitcoin dan aset lainnya:
 
- 29 April: Rilis data Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS), indikasi kesehatan pasar kerja AS.
- 30 April: Proyeksi inflasi Core PCE, patokan utama The Fed dalam menetapkan kebijakan suku bunga.
- 1 Mei: Indeks ISM Manufacturing PMI, bisa mengindikasikan dampak perang tarif pada aktivitas manufaktur.
- 2 Mei: Laporan ketenagakerjaan bulanan AS.
 
Data ini akan menjadi acuan penting menjelang pertemuan FOMC pada 7 Mei, yang akan menentukan arah suku bunga AS.

Inflasi melandai, tapi tekanan baru bisa datang

Meski inflasi AS sudah turun dari 9,1 persen di 2022 menjadi 2,4 persen pada Maret 2025, kebijakan tarif baru Trump tetap menuai kritik. 
 
Banyak ekonom khawatir tarif tersebut bisa kembali memicu lonjakan harga barang.
 
Trump tetap bersikeras dan bahkan mendesak pemangkasan suku bunga oleh The Fed. Namun, data CME FedWatch menunjukkan bahwa peluang The Fed mempertahankan suku bunga saat ini masih sangat tinggi, mencapai 90,1 persen.

Data On-Chain Dukung Sinyal Penguatan Bitcoin

Data on-chain dari CryptoQuant memperkuat sinyal bullish untuk Bitcoin. Sejak seruan Trump untuk pemangkasan suku bunga, lebih dari USD 4 miliar BTC ditarik dari exchange ke wallet pribadi. Alhasil, total simpanan Bitcoin di bursa turun dari USD 237,8 miliar menjadi USD 233,8 miliar.
 
Fenomena ini menandakan bahwa investor lebih memilih menyimpan Bitcoin dalam jangka panjang, bukan menjualnya. Jika tren ini berlanjut, harga Bitcoin bisa saja menembus level psikologis USD 100.000 dalam waktu dekat.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ANN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan