Ilustrasi. Foto: dok MI.
Ilustrasi. Foto: dok MI.

Dibuka Ambruk, Rupiah Diramal Tak Mampu Hadapi Kedigdayaan Dolar AS

Husen Miftahudin • 19 Maret 2024 10:02
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan hari ini mengalami pelemahan. Kondisi ini membuat analis pasar uang Ibrahim Assuaibi meramal mata uang Garuda tak mampu melawan kedigdayaan dolar AS di sepanjang perdagangan hari ini.
 
Mengutip data Bloomberg, Selasa, 19 Maret 2024, rupiah hingga pukul 9.30 WIB berada di level Rp15.701 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun 11 poin atau setara 0,07 persen dari Rp15.690 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah berada di level Rp15.704 per USD, turun hingga 20 poin atau setara 0,12 persen dari Rp15.684 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Ibrahim memprediksi, rupiah pada perdagangan hari ini akan bergerak secara fluktuatif meskipun kemungkinan besar akan kembali ditutup melemah.
 
"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.680 per USD hingga Rp15.760 per USD," ucap Ibrahim, dikutip dari analisis harian.
 
Baca juga: Hadapi Sentimen The Fed, Rupiah Ditutup Melemah 0,59%
 

Waspada terhadap sentimen hawkish Fed


Ibrahim mengungkapkan, data inflasi AS yang kuat pada minggu lalu membuat para pedagang waspada terhadap sentimen hawkish dari The Fed.
 
Pertemuan Fed menunggu isyarat penurunan suku bunga lebih lanjut indeks dolar dan indeks dolar berjangka sedikit bergerak di perdagangan Asia pada Senin, stabil di dekat level tertinggi dua minggu dengan fokus pada kesimpulan pertemuan dua hari Fed pada perdagangan Rabu.
 
"Meskipun The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunganya tidak berubah, setiap sinyal mengenai rencana penurunan suku bunga pada tahun 2024 akan diawasi dengan ketat," jelas dia.
 
Namun, lanjutnya, bank sentral juga mungkin akan mengambil tindakan yang lebih hawkish daripada yang diharapkan pasar. "Terutama karena data terbaru menunjukkan inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan pada Februari," terang Ibrahim.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan