Mengutip Bloomberg, Sabtu, 13 Juni 2020, nilai tukar rupiah pada perdagangan Senin, 8 Juni 202, terpantau di level Rp13.885 per USD. Sedangkan pada Selasa, 9 Juni 2020, mata uang Garuda terlihat melemah tipis ke Rp13.890 per USD. Lalu pada Rabu, 10 Juni 2020, nilai tukar rupiah tertekan ke level Rp13.980 per USD.
Kemudian pada Kamis, 11 Juni 2020, nilai tukar rupiah terpantau kembali melemah dan terempas ke level Rp14.020 per USD. Lalu pada Jumat, 12 Juni 2020, mata uang Garuda lagi-lagi harus rela terpental oleh perkasanya mata uang Paman Sam dengan berakhir di level Rp14.204 per USD.
Sementara itu, kurs dolar Amerika Serikat kian kokoh pada akhir perdagangan Jumat waktu setempat (Sabtu WIB). Penguatan di mata uang Paman Sam terjadi karena para pedagang terus mencari tempat berlindung yang aman di tengah kekhawatiran percepatan kembali dalam kasus-kasus virus korona.
Pada Sabtu, 13 Juni 2020, indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, naik 0,6 persen pada 97,3046, menyusul kenaikan 0,77 persen di sesi sebelumnya. Di akhir perdagangan New York, euro jatuh ke USD1,1234 dari USD1,1301 pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris turun jadi USD1,2492 dari USD1,2595 pada sesi sebelumnya.
Dolar Australia jatuh ke USD0,6843 dibandingkan dengan USD0,6847. Dolar AS membeli 107,44 yen Jepang, lebih tinggi dibandingkan dengan 106,80 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS naik menjadi 0,9542 franc Swiss dibandingkan dengan 0,9431 franc Swiss, dan naik menjadi 1,3612 dolar Kanada dibandingkan dengan 1,3605 dolar Kanada.
"Kenaikan tiba-tiba dalam tingkat infeksi di beberapa bagian AS telah menyebabkan kekhawatiran gelombang kedua covid-19 dan memicu koreksi pasar yang signifikan," kata Analis Commerzbank Research Thu Lan Nguyen, dalam sebuah catatan.
"Reaksi ini dapat dimengerti karena wabah virus yang baru mungkin akan mengarah pada kuncian baru yang pada gilirannya akan memiliki efek yang tidak pasti pada perekonomian," tambah Nguyen.
Di sisi lain, bursa saham Amerika Serikat rebound atau berakhir lebih tinggi pada penutupan perdagangan Jumat waktu setempat (Sabtu WIB), karena Wall Street mencoba untuk pulih dari aksi jual tajam di sesi sebelumnya. Meski demikian, pandemi covid-19 masih menjadi persoalan yang terus menekan gerak pasar saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News