Salah satu langkah yang dilakukan yakni Bank DBS Indonesia melalui DBS Foundation dan Instellar kembali menggelar DBS Foundation Social Enterprise (SE) Bootcamp 2021, program akselerasi yang berfokus pada penyelesaian masalah sosial melalui inovasi bisnis.
Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, SE Bootcamp 2021 tidak hanya diperuntukkan bagi wirausaha sosial dan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang ingin beralih menjadi wirausaha sosial, tetapi juga masyarakat yang ingin mempelajari lebih lanjut terkait pengembangan bisnis berdampak sosial bersama para pakar bisnis berpengalaman.
Head of Group Strategic Marketing and Communication Bank DBS Indonesia Mona Monika percaya wirausaha sosial berperan penting dalam menyelesaikan berbagai permasalahan sosial serta membantu pemulihan perekonomian Indonesia pascapandemi. Pada DBS Foundation SE Bootcamp tahun ini, diusung tema 'Grow with DBS'.
"Dengan harapan kami dapat berkontribusi dalam mempercepat akselerasi bisnis para wirausaha sosial dan UMKM yang ingin beralih menjadi wirausaha sosial, sehingga akan ada lebih banyak lagi wirausaha sosial yang hadir, tumbuh, dan berkembang," kata Mona, dalam keterangan tertulisnya, Sabtu, 18 September 2021.
CEO Instellar Indonesia Romy Cahyadi menambahkan berdasarkan survei internal Instellar terungkap pelaku usaha banyak menghadapi tantangan seperti penurunan penjualan, kenaikan harga bahan baku, hambatan dalam mengirim produk ke pusat penjualan, hambatan pembayaran cicilan atau kredit biasa, hingga hambatan dalam mendapatkan bahan baku di masa pandemi.
"Oleh karena itu, kami bersama Bank DBS Indonesia kembali menghadirkan SE Bootcamp 2021 untuk merangkul wirausaha sosial serta UMKM yang ingin beralih menjadi wirausaha sosial dalam memaksimalkan potensi bisnis yang mereka miliki di masa penuh tantangan ini," kata Romy Cahyadi.
Di sisi lain, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir ingin agar porsi pinjaman atau kredit yang diperuntukkan bagi UMKM di Tanah Air bisa seperti negara lain. Di negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand, porsinya bisa mencapai 50 persen. Lalu Korea Selatan 80 persen dan Jepang 65 persen. Sedangkan di Indonesia, hanya 20 persen.
"Oke kalau gitu kita dorong bisa sampai 30 persen, bahkan terus ditingkatkan seperti negara-negara tetangga," pungkas Erick.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News