OJK mencatat kinerja sektor jasa keuangan masih baik. Foto: Dok.MI
OJK mencatat kinerja sektor jasa keuangan masih baik. Foto: Dok.MI

OJK: Stabilitas Jasa Keuangan Terjaga Meski Pertumbuhan Kredit Terkontraksi

Husen Miftahudin • 02 Februari 2021 10:43
Jakarta: Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mencermati stabilitas sektor jasa keuangan hingga Januari 2021 tercatat masih dalam kondisi terjaga.
 
Beberapa indikator intermediasi sektor jasa keuangan membukukan kinerja positif dan profil risiko industri jasa keuangan tetap terkendali meskipun pertumbuhan kredit masih terkontraksi.
 
"Perkreditan secara total memang minus 2,41 persen. Namun demikian dapat kami sampaikan bahwa angka-angka di bulan terakhir semuanya positif," ungkap Wimboh dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) secara virtual, dikutip Selasa, 2 Februari 2021.

Menurut Wimboh, terkontraksinya pertumbuhan kredit dipengaruhi oleh penurunan baki debet korporasi besar yang disebabkan oleh belum optimalnya kapasitas produksi akibat masih lemahnya demand. Di sisi lain, beberapa korporasi juga memiliki kebijakan mengurangi baki debet pinjaman dalam rangka mengurangi beban bunga.
 
Sementara itu, lanjutnya, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan meningkat lebih tinggi dibandingkan kredit, sehingga mendorong likuiditas perbankan semakin membaik. Pertumbuhan DPK Desember mencapai double digit, yaitu sebesar 11,11 persen (yoy), yang terutama ditopang oleh tumbuh signifikannya giro seiring dengan penyaluran dana dari pemerintah ke bank.
 
Sejalan dengan itu, likuiditas perbankan masih cukup memadai (ample) ditandai oleh alat likuid perbankan yang terus meningkat mencapai sebesar Rp2.218 triliun dibandingkan dengan tahun lalu yang sebesar Rp1.241 triliun.
 
Alat likuid juga terjadi peningkatan di semua kelompok Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) dengan peningkatan terbesar terjadi di BUKU IV. Sejalan dengan lemahnya permintaan kredit dan kebijakan moneter yang ekspansif, bank terus melakukan ekspansi pembelian Surat Berharga Negara (SBN) sehingga kepemilikan SBN oleh bank meningkat sebesar 153,9 persen (yoy) menjadi Rp1.476 triliun (37,67 persen dari kepemilikan total SBN).
 
Wimboh juga menyebutkan bahwa indikator likuiditas perbankan secara industri juga terjaga baik, dengan kecenderungan meningkat. Hal ini tercermin dari rasio AL/DPK secara industri pada level 33,84 persen (threshold 10 persen) dan AL/NCD pada level 155,87 persen (threshold 50 persen).
 
"Indikator PUAB juga relatif stabil per 15 Januari. Suku bunga PUAB O/N rupiah dan valas terpantau stabil masing-masing di level 3,04 persen dan 0,05 persen," paparnya.
 
Ia menegaskan, kondisi likuiditas perbankan yang ample ini harus terus dipertahankan untuk meningkatkan kapasitas perbankan dalam menyalurkan kredit ke sektor riil yang sangat dibutuhkan untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional.
 
"Ini adalah satu indikator yang mencerminkan bahwa kita bisa lebih optimistis di 2021. Namun demikian kami dari OJK juga ingin agar pemulihan ini bisa lebih cepat lagi. Kami mendorong agar prioritas-prioritas dalam kebijakan-kebijakan kita ini terkonsentrasi dan terukur di antaranya adalah kredit-kredit yang bisa mengungkit pertumbuhan ekonomi," pungkasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEV)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan