"Kita memperkuat industri keuangan syariah dengan membangun satu bank syariah terbesar di Indonesia. Kita sudah targetkan, insyaallah nanti di Februari ini bisa diselesaikan," tegas Jokowi dalam peluncuran Gerakan Nasional Wakaf Uang dan Brand Ekonomi Syariah di Istana Negara yang disiarkan secara virtual, Senin, 25 Januari 2021.
Adapun proses merger melibatkan PT Bank BRIsyariah Tbk, PT BNI Syariah, dan PT Bank Mandiri Syariah. Saat ini merger ketiga bank syariah BUMN tersebut masih menunggu izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang selanjutnya legal merger akan dilakukan pada 1 Februari 2021.
Jokowi bilang pembangunan Bank Syariah Indonesia itu ditujukan untuk menampung aset-aset ekonomi dan keuangan syariah, termasuk potensi aset wakaf. Berdasarkan kalkulasinya, potensi aset wakaf Indonesia mencapai Rp2.000 triliun per tahun dengan potensi wakaf sebesar Rp188 triliun.
"Oleh karena itu kita perlu perluas lagi cakupan pemanfaatan wakaf. Tidak lagi terbatas untuk tujuan ibadah, tapi juga perlu dikembangkan untuk tujuan sosial ekonomi yang memberikan dampak signifikan bagi pengurangan kemiskinan dan ketimpangan sosial dalam masyarakat," ungkapnya.
Melihat besarnya potensi wakaf di Indonesia, Kepala Negara menekankan perlunya untuk terus dilakukan pengembangan. Hal itu agar potensi besar ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia tidak 'dicaplok' oleh negara-negara lain.
Pasalnya, sebut dia, pengembangan ekonomi syariah saat ini tidak hanya dijalankan oleh negara dengan mayoritas penduduk muslim. Negara-negara lain seperti Jepang, Thailand, Inggris, dan Amerika Serikat juga turut mengembangkannya.
"Kita harus menangkap peluang ini dengan mendorong percepatan, mendorong akselerasi pengembangan ekonomi dan keuangan syariah nasional. Kita harus mempersiapkan diri sebagai pusat rujukan ekonomi syariah global," tutur Jokowi.
Sebelumnya, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyatakan merger antara Bank Syariah Mandiri, BRI Syariah, dan BNI Syariah bakal masuk dalam 10 besar bank syariah secara global. Hasil merger tiga bank syariah pelat merah yang dinamakan Bank Syariah Indonesia (BSI) itu bahkan disejajarkan dengan bank syariah terbesar di dunia seperti Al-Rajhi hingga Albilad Bank.
"Kita akan bisa dijajarkan dengan bank seperti Al-Rajhi Bank di Saudi Arabia, Kuwait Finance House di Kuwait, sampai dengan Boubyan Bank di Qatar dan Albilad Bank di Saudi," ungkap Deputi Bidang Keuangan dan Manajemen Risiko Kementerian BUMN Nawal Nely.
Di dalam negeri, BSI juga masuk dalam peta persaingan utama perbankan di Indonesia. Bahkan, BSI bakal bisa menduduki peringkat tujuh atau delapan sebagai bank dengan skala aset terbesar di Indonesia.
Soal skala aset, BSI akan memiliki sekitar Rp200 triliun yang merupakan hasil penggabungan secara kolektif antara ketiga bank syariah milik negara tersebut. Dengan aset ini, skala operasi, economic soft skill perbankan, serta antusiasme pasar diharapkan semakin meningkat.
"Dengan adanya merger ini, bukan hanya skala saja yang diharapkan bisa di-addressed, tetapi juga bisa meningkatkan economic of skill yang itu penting sekali untuk sektor perbankan. Rasio biaya terhadap pendapatan secara kolektif normally akan membaik jika operasi skala aset perbankan ini disatukan," pungkas Nawal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News