Ilustrasi. Foto: Medcom.id
Ilustrasi. Foto: Medcom.id

5 Alasan Orang Sulit Menabung

Ade Hapsari Lestarini • 06 Juli 2022 14:30
Jakarta: Walau tampak sederhana, menabung ternyata menjadi salah satu hal yang masih sulit dilakukan. Namun, jika literasi kita tentang perencanaan keuangan sudah baik, aktivitas menabung layaknya menjentikkan jari. Mudah!
 
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat literasi dan inklusi keuangan di Indonesia tergolong membaik. Sebanyak 38 persen orang Indonesia tercatat paham pengelolaan keuangan. Mereka juga tergolong well literate pada lembaga dan produk keuangan.

Kata Pakar Perencanaan Keuangan

Selain itu, sebanyak 76,19 persen sudah pakai produk jasa keuangan. "Mereka sudah pakai jasa layanan keuangan dan paham literasi keuangan," ujar Pakar Perencanaan Keuangan Anissa Steviani dalam konferensi pers #flipwujudkanhematmu secara daring, Rabu, 6 Juli 2022.
 
Meski begitu, masih ada 46 persen orang yang hanya memiliki dana darurat selama satu minggu. Dan hanya sembilan persen yang memiliki dana darurat lebih dari enam bulan.

"Artinya, sebagian besar menunggu penghasilan cukup lagi untuk memiliki dana darurat," kata dia.
 
Baca juga: Pusing Kelola Keuangan? Begini Caranya Biar Enggak Pening

Lima alasan mengapa orang sulit menabung:

1. Tidak ada self control

Tidak punya self control yang baik bukan terkait permasalahan keuangan, tapi lebih ke mental seseorang. Misalnya, lebih ke jajan dan belanja online.
 
"Uang ada tapi enggak bisa mengontrolnya," papar dia.

2. Tidak takut berutang

Annisa menuturkan zaman sekarang sudah dimudahkan dengan banyaknya pinjaman online dan pay later. Dibanding dengan zaman dulu yang harus melalui banyak verifikasi.
 
"Banyak godaan, berutang zaman sekarang karena sangat mudah," tegas Annisa.

3. Tidak punya catatan keuangan

Banyak orang memiliki gaji yang pas-pasan. Ketika pengeluaran dicatat semua, uang yang hilang (hidden cost) tercatat banyak.
 
"Apabila ditelusuri, misalnya suka ke mal dan jajan seperti beli boba, casing hape. Bocor halus," tuturnya.

4. Investasi tanpa tujuan

Berinvestasi tanpa tujuan akan merugikan seseorang. Sekadar ikut-ikutan demi cuan atau terlalu cepat menyerah berinvestasi, saat ini banyak dialami masyarakat.
 
Menurut Annisa, kurangnya pemahaman berinvestasi dan berpikir berinvestasi bisa menjadi kaya adalah hal yang salah.
 
"Karena berinvestasi butuh modal yang besar, yakni melalui kerja. Kalau mau kaya, kerja dulu baru uangnya bisa diinvestasikan," tegasnya.

5. Faktor budaya yang jadi batasan dan menolak pemahaman baru

Hal ini seperti faktor turun temurun. Faktor budaya ini muncul karena adanya pemahaman ada warisan dari orang tua dan lain-lain.
 
Cek berita medcom.id terbaru dan menarik lainnya di Google News
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan