Mengutip data Jisdor Bank Indonesia, Sabtu, 11 September 2021, nilai tukar rupiah pada perdagangan di awal pekan ini atau Senin, 6 September berada di posisi Rp14.239 per USD. Lalu pada Selasa, 7 September, mata uang Garuda menguat ke level Rp14.195 per USD. Kemudian pada Rabu, 8 September, rupiah tertekan ke posisi Rp14.266 per USD.
Sedangkan pada Kamis, 9 September, mata uang Garuda melemah ke posisi Rp14.272 per USD. Lalu pada akhir pekan atau tepatnya Jumat, 10 September, nilai tukar rupiah menguat ke level Rp14.225 per USD. Sejauh ini, para investor terus memantau arah kebijakan Federal Reserve yang bersiap mengetatkan kebijakan moneternya.
Sementara itu, kurs USD menguat pada akhir perdagangan Jumat waktu setempat (Sabtu WIB), karena pelaku pasar mencerna data ekonomi terbaru. Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, naik 0,10 persen pada 92,5779.
Pada akhir perdagangan New York, euro turun menjadi USD1,1815 dibandingkan dengan USD1,1829 di sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi USD1,3845 dibandingkan dengan USD1,3837 di sesi sebelumnya. Dolar Australia turun menjadi USD0,7364 dari USD0,7371.
Sedangkan dolar AS dibeli 109,89 yen Jepang, lebih tinggi dibandingkan dengan 109,69 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Kemudian dolar AS meningkat menjadi 0,9178 franc Swiss dibandingkan dengan 0,9168 franc Swiss, dan naik menjadi 1,2658 dolar Kanada dibandingkan dengan 1,2649 dolar Kanada.
Di sisi lain, bursa saham Amerika Serikat jatuh pada akhir perdagangan Jumat waktu setempat (Sabtu WIB), karena investor mencerna sejumlah data ekonomi. Selain itu, para pedagang terus memantau lonjakan kasus infeksi covid-19 karena bisa mengganggu upaya pemulihan ekonomi.
Indeks Dow Jones Industrial Average turun 271,66 poin atau 0,78 persen menjadi 34.607,72. Kemudian indeks S&P 500 turun sebanyak 34,70 poin atau 0,77 persen menjadi 4.458,58. Indeks Komposit Nasdaq turun 132,76 poin atau 0,87 persen menjadi 15.115,49.
Semua 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona merah, dengan sektor utilitas dan real estat masing-masing turun 1,38 persen dan 1,23 persen, memimpin kerugian. Perusahaan Tiongkok yang terdaftar di AS diperdagangkan sebagian besar lebih rendah dengan tujuh dari 10 saham teratas menurut bobotnya di indeks S&P AS Listed Tiongkok 50 berakhir suram.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News