Mengutip data Bloomberg, Selasa, 18 Juli 2023, rupiah dibuka di level Rp15.013 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun 54,5 poin atau setara 0,36 persen dari Rp14.958 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah berada di level Rp14.984 per USD, malah naik 15 poin atau setara 0,10 persen dari Rp14.999 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengungkapkan pergerakan rupiah pada perdagangan hari ini kemungkinan besar akan kembali berada di zona merah.
"Mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp14.930 per USD hingga Rp15.070 per USD," jelas Ibrahim dalam analisis hariannya.
Baca juga: Laju Dolar AS Masih Merosot |
Berbanding terbalik dengan data neraca perdagangan
Ibrahim mengatakan pelemahan rupiah berbanding terbalik dengan data neraca perdagangan Indonesia yang justru mencatatkan surplus sebanyak USD3,45 miliar pada Juni 2023.
"Neraca perdagangan di Juni 2023 terjadi surplus, sesuai dengan ekspektasi para analis walaupun surplusnya tidak terlalu besar hanya senilai USD1,33 miliar (perkiraan surplus neraca dagang). Meskipun, angka (surplus) ini tetap dibawah tren dua tahun terakhir," ungkapnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan, pertumbuhan surplus neraca perdagangan Juni 2023 mencapai 708,66 persen dibandingkan Mei 2023, tapi turun 32,75 persen dibandingkan Juni 2022. Dengan angka ini, neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 38 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
Surplus di Juni meningkat tajam dibandingkan bulan sebelumnya, tetapi turun dibandingkan bulan yang sama pada tahun lalu. Surplus neraca perdagangan pada Juni 2023 lebih disebabkan penurunan impor yang lebih dalam dibandingkan penurunan ekspor.
Penyebabnya adalah penurunan harga tahunan batubara dan minyak kelapa sawit (crude palm oil), yang merupakan komoditas ekspor utama Indonesia, juga terus terjadi pada Juni 2023.
Kemudian penurunan aktivitas manufaktur Tiongkok yang terlihat dari nilai ekspor Tiongkok dalam dolar AS yang mengalami penurunan signifikan sebesar 12,4 persen secara tahunan dan impor yang menurun 6,8 persen secara tahunan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News