Ilustrasi, pesawat Garuda Indonesia. Foto: Airbus.
Ilustrasi, pesawat Garuda Indonesia. Foto: Airbus.

Bangun Fundamental Bisnis Solid, Kinerja Garuda Bakal Mentereng

Husen Miftahudin • 05 April 2024 16:22
Jakarta: Sejalan dengan pembukuan kinerja Garuda Indonesia 2023 yang kembali berhasil membukukan laba, sejumlah pengamat memproyeksikan kinerja maskapai pelat merah tersebut akan semakin prospektif dengan memperhatikan indikator kinerja keuangan dan operasi yang tumbuh positif.
 
Di tengah pencatatan improvement posisi EBITDA secara year on year (yoy) serta langkah perbaikan ekuitas yang saat ini terus dijalankan GIAA, analis Sinar Mas Sekuritas Isfhan Helmy mengatakan, Garuda Indonesia telah berhasil menambah efisiensi yang tercermin pada penurunan biaya non bahan bakar.
 
Di sisi lain, Garuda Indonesia juga berhasil menekan biaya G&A hingga 25 persen selama 2023 menjadi USD177 juta, sementara biaya pemeliharaan juga turun sedikit sebesar lima persen menjadi USD387 juta pada 2023. Adapun, penurunan terbesar dalam G&A adalah biaya layanan profesional yang turun 86 persen menjadi USD15 juta pada 2023.

"EBITDA melampaui ekspektasi kami pada run-rate 105 persen, yaitu sebesar USD310 juta, dibandingkan ekspektasi kami sebesar USD295 juta. Meskipun total pendapatan sedikit lebih rendah dari ekspektasi kami yaitu sebesar 98 persen atau sebesar USD2,9 miliar, penghematan besar terjadi pada biaya non-bahan bakar yang turun sebesar 5,0 persen (yoy) dan hanya mencapai 93 persen dari ekspektasi kami," ucap Isfhan dikutip dari keterangan tertulis, Jumat, 5 April 2024.
 
Di sisi lain, skema sewa pesawat yang dijalankan pascapandemi juga menguntungkan karena pembiayaan pesawat dihitung berdasarkan jam terbang. Hal ini tentu sangat menguntungkan Garuda Indonesia, karena EBIT selama pada tahun lalu sebesar USD310 juta.
 
"Angka ini lima kali lipat dibandingkan EBIT 2019 yang hanya sebesar USD63 juta. Hal ini dicapai secara luar biasa dengan hanya separuh dari jumlah armada sebelum pandemi," ungkap dia.
 
Isfhan menambahkan, peningkatan angka keuangan Garuda Indonesia tahun ini akan membawa katalis baru. "Dengan kelipatan EV/EBITDAR saat ini sebesar 1,3 kali. Angka ini jauh di bawah maskapai sejenis di kawasan dengan layanan lengkap seperti Singapore Airlines yang saat ini beroperasi mendekati 2,5 kali EV/EBITDAR," terang dia.
 

Bakal raup untung USD580 juta


Sementara itu, analis Kiwoom Sekuritas Vicky Rosalinda mengatakan, Garuda Indonesia sudah on the track meraih profitabilitas. Pada 2024, keuntungan Garuda diprediksi sebesar USD580 juta.
 
"Pendapatan diperkirakan ikut naik hingga 40 persen menjadi USD4,2 miliar. Kami merekomendasikan pemodal untuk untuk wait and see saham Garuda," tutur dia.
 
Di sisi lain, dia menegaskan, momentum Lebaran diharapkan mampu meningkatkan pendapatan Garuda. Hal ini juga dimanfaatkan perseroan dengan menyiapkan kursi tambahan dan juga diskon selama libur Lebaran.
 
"Perseroan juga mencatatkan perbaikan operasional bisa membantu menghasilkan keuntungan, meski dinilai tidak signifikan. Saya kira Garuda bakal memaksimalkan semua potensinya untuk memacu pendapatan tahun ini," tutur Vicky.
 
Pengamat penerbangan Gatot Rahardjo mengatakan, dengan jumlah armada yang ada saat ini, Garuda Indonesia sudah berada pada jalur yang tepat karena manajemen berhasil menyeimbangkan kepentingan bisnis dan kepentingan negara sebagai maskapai pelat merah, mengkoneksikan udara di Tanah Air.
 
"Garuda Group tinggal menyesuaikan kebutuhan secara maksimal penggunaan pesawat melalui armada yang perlahan mulai bertambah di tahun ini. Saya kira Garuda sudah bisa memilah mana rute penting dan menguntungkan bagi perusahaan. Penting dan menguntungkan ini tentu harus dipilah lagi yang betul-betul memberikan hasil dan manfaat besar secara keuangan bagi Garuda," kata dia.
 
Gatot menambahkan, Garuda sekarang sudah bisa berkolaborasi lebih baik dengan Citilink sebagai anak perusahaan, baik untuk pengembangan bisnis maupun menjalankan tugas negara melalui ketersediaan armada yang ada.
 
"Jika nanti Garuda, Citilink, dan Pelita jadi digabung dengan tetap mempertahankan AOC masing-masing, tentu juga akan lebih baik karena akan dapat bekerjasama dan lebih efisien dalam operasional perusahaannya," jelas Gatot.
 
Baca juga: Harga Tiket Maskapai Masih Belum Lampaui Tarif Batas Atas
 

Kinerja 2023


Adapun pada tahun kinerja 2023, Garuda Indonesia secara konsolidasi mencetak pertumbuhan pendapatan 40 persen menjadi USD2,94 miliar dari tahun sebelumnya USD2,1 miliar. Hal ini menjadi salah satu indikator langkah penyehatan kinerja usaha Garuda terus berjalan di dalam jalur (on the track).
 
Setelah melewati fase yang penuh tantangan di era pandemi beberapa tahun lalu dengan melaksanakan berbagai langkah perbaikan, Garuda berhasil membukukan laba tahun berjalan sebesar USD252 juta. Ini semakin memperkuat fundamental Garuda pascamerampungkan restrukturisasi pada akhir 2022.
 
Dari sisi neraca, liabilitas jangka pendek Garuda turun 31 persen dari 2022 sebesar USD1,7 miliar menjadi USD1,2 miliar. Ini menjadi indikator penting dalam menggambarkan soliditas penyehatan kinerja keuangan khususnya terkait nilai utang usaha pada tahun kinerja berjalan.
 
Kinerja operasional Garuda juga kokoh. Sepanjang 2023, Garuda Indonesia Group membukukan pertumbuhan jumlah penumpang hingga 34 persen menjadi 19,9 juta, dibandingkan 2022 sebanyak 14,8 juta. Perinciannya, Garuda mengangkut sebanyak 8.291.094 penumpang dan Citilink sebanyak 11.678.930 penumpang.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan