Risiko kesehatan kini menjadi kekhawatiran utama dari masyarakat Indonesia, sementara efek dari pandemi juga ternyata tidak hanya bersifat fisik tetapi juga pada mental, sosial, dan finansial. Data Kantar Covid-19 Pulse Juni 2020 mengungkapkan 47 persen masyarakat Indonesia mengurangi pengeluaran untuk berhemat dan 52 persen khawatir kehilangan pekerjaan.
Adapun selama ini manajemen risiko dan perencanaan keuangan bukan hal yang lazim bagi masyarakat, bahkan asuransi dan investasi belum menjadi prioritas. Dengan situasi pandemi seperti saat ini, semakin penting bagi masyarakat Indonesia mengelola keuangan dengan bijaksana dan mendapatkan perlindungan yang sesuai untuk merencanakan masa depan yang nyaman.
"Daripada sekarang kita diam-diam lebih baik kita melakukan sesuatu. Saya bilang sebenarnya pandemi covid-19 ini semacam gladi resik untuk pensiun. Mirip banget. Coba tanya sama milenial," kata Perencana Keuangan Prita Hapsari Ghozieda, dalam konferensi pers virtual, Kamis, 10 September 2020.
Menurutnya jika milenial dulu tidak senang bercocok tanam, maka sekarang mulai senang bercocok tanam atau menyukai tanaman. Padahal, kegiatan itu biasanya dilakukan oleh mereka yang sudah berusia lanjut. Kemudian yang awalnya mudah mencari uang sekarang lebih sulit mengingat ada pandemi covid-19.
"Jadi kalau Anda bisa bertahan di saat seperti ini maka kita bisa lihat keluarga atau rumah tangga mana yang bertahan yaitu yang sudah memiliki saving, investing, dan protection," kata Prita.
Sementara itu, Chief Distribution Officer PT Zurich Topas Life Budi Darmawan mengatakan banyak masyarakat Indonesia yang tidak siap menghadapi pandemi saat ini dan keuangannya terganggu karena penyakit atau pendapatan berkurang. Hal itu terjadi karena kesalahan dalam alokasi penghasilan selama ini.
Kondisi tersebut lantaran sebagian besar masyarakat Indonesia menghabiskan 80 persen penghasilannya untuk biaya hidup sehari-hari dan hanya enam persen untuk asuransi dan investasi. Sementara dalam perencanaan keuangan, investasi dan asuransi disarankan 20 persen dari penghasilan.
"Zurich Smart Care dapat menjadi solusi untuk membantu masyarakat mendapatkan proteksi jiwa dan kesehatan, sekaligus berinvestasi untuk masa depan," kata Budi.
Budi menjelaskan Zurich Smart Care merupakan produk asuransi jiwa unitlink yang memberikan manfaat perlindungan seumur hidup dan kesempatan berinvestasi. Zurich Smart Care adalah inovasi dari Zurich yang menggunakan konsep applied premium, dengan hampir seluruh premi dasar digunakan untuk manfaat perlindungan.
Chief Training and Recruitment Officer Zurich Topas Life Christianto Tetuko menambahkan menurut Mercer Marsh Benefit yang melakukan survei biaya kesehatan di seluruh dunia, di Indonesia setiap tahun rata rata kenaikan biaya kesehatan mencapai 10-11 per per tahun. Bayangkan biaya kesehatan 10 tahun mendatang, termasuk biaya pengobatan penyakit kritis.
"Di luar risiko yang kita hadapi saat ini, setiap orang juga memiliki risiko kehidupan yang bisa terjadi kapan saja seperti sakit, sakit kritis, kecelakaan, dan meninggal dunia. Oleh karena itu sangat penting bagi masyarakat untuk memiliki proteksi," pungkas Christianto Tetuko.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News