Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan, pencapaian tersebut diperoleh dengan tetap mengedepankan pertumbuhan bisnis yang selektif dan prudent untuk menghasilkan pendapatan jangka panjang yang optimal.
"Kami bersyukur semester pertama dapat dilampaui dengan baik. Tentunya ada ruang untuk tumbuh lebih baik lagi dan akan kami akselerasi di semester kedua,” katanya, Selasa, 25 Juli 2023.
Portofolio kredit BNI pada semester pertama 2023 mencapai Rp650,8 triliun, yang ditopang oleh segmen korporasi swasta blue chip yang tumbuh 17 persen yoy dan segmen konsumer yang tumbuh 12 persen yoy.
Kualitas kredit juga semakin baik dengan rasio Non-Performing Loan (NPL) turun 71 basis points (bps) menjadi 2,5 persen. Rasio pencadangan kredit bermasalah (NPL coverage ratio) tetap dijaga di level yang aman yaitu di 3,1 kali pada Juni 2023.
Ekspansi kredit juga ditopang oleh dana pihak ketiga (DPK) yang tumbuh 10,6 persen yoy menjadi Rp765 triliun, sehingga membuat likuiditas menjadi lebih kuat dengan Loan To Deposits Ratio di posisi 85,1 persen.
Baca juga: BNI Berikan Tips Hindari Modus penipuan Kenaikan Biaya Transaksi |
“Dari sisi permodalan, hingga Juni tahun 2023 CAR BNI berada pada level yang kuat sebesar 21,6 persen. Tentunya, hal tersebut merupakan hasil dari kinerja BNI yang terjaga sehingga memungkinkan penguatan modal dapat terus terjadi secara organik,” jelasnya.
Direktur Finance BNI Novita Widya Anggraini memaparkan, kinerja fungsi intermediasi perseroan didukung oleh segmen korporasi swasta Blue Chip pada pertengahan tahun ini, yang portofolionya mencapai Rp239,3 triliun, diikuti pula oleh segmen enterprise dengan portofolio Rp52,1 triliun.
Adapun, segmen konsumer mampu membukukan kinerja yang sangat baik di secured segmen seperti griya dan payroll loan dengan pertumbuhan mencapai 11,7 persen yoy menjadi Rp116,4 triliun.
“Kinerja kredit ini, didukung dengan loan yield yang baik sekaligus kompetitif, sehingga kami mampu terus memfasilitasi kebutuhan ekspansi, sekaligus akuisisi debitur baru sebagai basis pertumbuhan ke depan,” kata Novita.
Novita menuturkan, strategi pengelolaan kualitas aset yang disiplin ini, berdampak positif pada perbaikan kualitas aset BNI. Rasio kredit berisiko (Loan at Risk atau LAR) per Juni 2023 berada pada level 16,1 persen, membaik signifikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 19,6 persen. LAR terdiri atas NPL, kredit pada kolektibilitas 2, dan kredit kolektibilitas lancar yang sedang direstrukturisasi.
Perbaikan rasio LAR terjadi konsisten pada ketiga aspek tersebut. Non-Performing Loan (NPL) BNI per Juni 2023 pada level 2,5 persen, atau membaik jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 3,2 persen.
Sementara itu, total kredit lancar yang direstrukturisasi juga membaik 270 bps menjadi 9,3 persen seiring dengan berjalannya skema restrukturisasi kredit dan pulihnya bisnis debitur.
Novita juga mengatakan, perbaikan kualitas aset tetap diimbangi dengan penyediaan pencadangan pada level yang kuat untuk mengantisipasi risiko. Rasio pembentukan beban CKPN terhadap total kredit atau credit cost pada semester pertama tahun 2023 sebesar 1,4 persen, menurun 70 bps dibandingkan credit cost yang dibentuk periode yang sama tahun lalu sebesar 2,2 persen.
Meskipun credit cost yang dibentuk lebih rendah dibanding tahun lalu, BNI berpandangan hal ini sudah memadai untuk meng-cover kebutuhan penambahan CKPN bagi debitur-debitur yang masih dalam perhatian khusus.
“Kami optimis ekspansi kredit yang lebih tinggi di semester kedua tahun ini, akan tetap berkorelasi positif pada kualitas kredit yang semakin baik. Kami menargetkan rasio kredit NPL untuk terus turun hingga akhir 2023,” ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News