Mengutip Stockbit Snips, Selasa, 14 Februari 2023, komentar Jokowi tersebut muncul tatkala sejumlah bank besar di Indonesia mengumumkan kinerja apik sepanjang 2022, dengan rata-rata laba bersih BCA, BRI, Bank Mandiri, dan BNI tumbuh 52,3 persen YoY.
NIM adalah rasio untuk mengukur tingkat profitabilitas bank dari penyaluran kredit. Sebanyak dua faktor utama yang memengaruhi besaran NIM adalah tingkat suku bunga kredit disalurkan (loan yield) dan suku bunga yang diberikan bagi deposan (cost of fund).
Menurut data OJK, NIM perbankan Indonesia mencapai 4,71 persen pada Desember 2022 atau naik dari 4,51 persen pada akhir 2021 serta menjadi yang tertinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lain yang rata-ratanya berkisar 2-3 persen.
Menanggapi data tersebut, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin mengatakan, NIM yang ideal berada di angka 4-5 persen. Artinya, kondisi saat ini masih berada dalam kisaran ideal tersebut.
Baca: Filianingsih Hendarta Ditetapkan sebagai Deputi Gubernur BI, Apa Programnya? |
Pada 2016, OJK sebenarnya pernah berencana untuk membatasi NIM perbankan Himbara maksimum empat persen. Saat itu, rata-rata NIM perbankan Indonesia mencapai 5,39 persen dan bank Himbara mencapai 7–8 persen dibandingkan dengan ASEAN 2,76 persen. Namun, upaya tersebut batal diterapkan hingga kini.
Hingga kini, masih belum diketahui apakah OJK berencana untuk menurunkan NIM perbankan. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae hanya menyebut bahwa pihaknya akan menganalisis besaran margin yang pantas didapatkan perbankan. Kebijakan terkait NIM perlu memerhatikan indikator ekonomi lain, salah satunya inflasi.
Jika NIM dipaksa turun, maka ada kemungkinan suku bunga kredit yang disalurkan oleh bank akan diatur ulang menjadi lebih rendah. Hal tersebut berpotensi menjadi stimulus dalam mendorong pertumbuhan kredit, yang akhirnya menjadi pendorong inflasi. Per Januari 2023, inflasi mencapai 5,28 persen YoY atau di atas target 2-4 persen.
"Jika OJK mengeluarkan regulasi tentang batasan NIM, maka bank yang saat ini memiliki NIM lebih kecil berpotensi mendapatkan dampak paling minim," sebut Stockbit.
Sebagai informasi, berikut merupakan NIM beberapa bank di Indonesia:
- PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN): 4,5 persen (kuartal III-2022).
- PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI): 4,81 persen (2022).
- PT Bank Mandiri Tbk (BMRI): 5,47 persen (2022).
- PT Bank Central Asia Tbk (BBCA): 5,30 persen (2022).
- PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI): 6,80 persen (bank only di 2022).
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News