Pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2023 diproyeksikan melanjutkan tren positif. Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 tetap kuat di kisaran 4,5-5,3 persen, dan akan terus meningkat menjadi 4,7-5,5 persen pada 2024.
Perekonomian Indonesia didukung oleh konsumsi swasta, investasi, dan tetap positifnya kinerja ekspor di tengah pertumbuhan ekonomi global yang melambat.
Financial Expert Ajaib Sekuritas Chisty Maryani menjelaskan secara historis performa IHSG satu tahun sebelum diselenggarakan pemilihan umum (pemilu) Presiden dalam tiga periode terakhir sebagian besar ditutup menguat, misalnya, pada pemilu periode 2009, 2014, dan 2019, IHSG mengalami penguatan masing-masing 13,2 persen, 10,9 persen, dan 7,7 persen.
Selain itu, DPR bersama pemerintah juga sepakat mengenai besaran anggaran pemilu 2024 senilai Rp76,6 triliun, melonjak 199 persen dibandingkan dengan anggaran pemilu 2019 sebesar Rp25,59 triliun. Sejalan dengan itu, anggaran pemilu berpotensi menopang konsumsi dan ekonomi nasional.
Baca: Bisnis Reasuransi Jiwa Moncer, Ini Strategi Indonesia Re di 2023 |
"Fundamental ekonomi Indonesia yang kuat dan potensi terus bertumbuhnya perekonomian Indonesia, akan menjadi momentum untuk investasi dalam mewujudkan resolusi yang telah kita canangkan di awal 2023 ini," kata Chisty Maryani, dilansir dari riset hariannya, Senin, 13 Februari 2023.
Chisty menjelaskan sebelum memulai konsisten untuk berinvestasi, setiap investor harus menentukan tujuan dan jangka waktu investasi. Keduanya merupakan langkah dasar agar investasi lebih terarah dan konsisten dalam mencapai keinginan dalam investasi.
"Tujuan investasi dapat berupa biaya untuk menikah, membeli rumah, menyiapkan dana pensiun, dan lain-lain. Tentukan tujuan dan jangka waktu investasi agar tidak kehilangan motivasi dan tetap konsisten,” katanya.
Menurut Chisty, setelah menentukan tujuan investasi, ada metode investasi yang dapat dilakukan agar investor dapat konsisten dan rutin melakukan investasi layaknya menabung. Metode investasi ini disebut dengan strategi Dollar Cost Averaging (DCA). Strategi ini dilakukan secara berkala, konsisten, dan rutin dalam setiap periode.
"Dollar cost averaging adalah strategi investasi dengan jumlah yang tetap, dilakukan secara berkala, dan dalam kurung periode waktu tertentu tanpa mempertimbangkan posisi harga sahamnya,” kata Chisty.
Chisty mencontohkan, investor dapat menyisihkan Rp1 juta setiap bulan untuk berinvestasi di pasar saham, baik itu pasar saham sedang naik atau turun. Dengan alokasi rutin dan konsisten maka investor dapat mengurangi risiko kerugian karena melakukan investasi secara berkala, sehingga investor mendapatkan nilai rata-rata yang baik di tengah volatilitas harga saham.
Menurut Chisty, dengan menerapkan DCA maka konsistensi berinvestasi tetap dapat berjalan meskipun IHSG sedang naik atau turun. Metode DCA melatih disiplin diri sebagai investor perseorangan, dengan komitmen untuk berinvestasi secara konsisten sesuai target yang telah ditetapkan agar hasil yang lebih besar di masa mendatang.
4 keuntungan strategi DCA
Ia menilai ada empat keuntungan dari strategi DCA untuk investor, yaitu pertama, mendapatkan harga rata-rata saham yang optimal. Ketika menerapkan metode ini, investor tidak perlu terlalu mengkhawatirkan volatilitas harga saham dan tetap melakukan pembelian. Hal ini membuat kerugian dalam portofolio menurun, sehingga harga rata-rata sahamnya membaik.
Kedua, membantu konsisten berinvestasi. Metode ini dapat mengurangi risiko penurunan nilai investasi yang ada dan membentuk kebiasaan baik dalam berinvestasi. Ketiga, membantu mengontrol emosi dalam pengambilan keputusan investasi.
"Naik turunnya harga saham kadangkala membuat investor lebih emosional. Ketika harga saham naik, ada kecenderungan untuk membeli saham dalam jumlah besar demi meningkatkan keuntungan. Sebaliknya, ketika harga turun, biasanya investor terburu-buru cut loss agar tidak rugi lebih dalam,” katanya.
Keempat, sederhana dan mudah. Strategi ini cukup sederhana karena konsisten menabung dalam jumlah yang sama di setiap periodenya tanpa mengkhawatirkan kondisi apapun di pasar. Metode ini biasanya disarankan untuk investor pemula sebab tidak memerlukan perhitungan yang rumit.
"Namun metode DCA ini tidak cocok diterapkan dalam emiten yang tidak bertumbuh atau emiten yang terus merugi karena kinerja perusahaan yang buruk. Untuk itu, penting bagi setiap investor untuk memahami fundamental setiap emiten mana yang cocok dengan profil risiko dan tujuan investasi,” pungkas Chisty.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Kedua, membantu konsisten berinvestasi. Metode ini dapat mengurangi risiko penurunan nilai investasi yang ada dan membentuk kebiasaan baik dalam berinvestasi. Ketiga, membantu mengontrol emosi dalam pengambilan keputusan investasi.
"Naik turunnya harga saham kadangkala membuat investor lebih emosional. Ketika harga saham naik, ada kecenderungan untuk membeli saham dalam jumlah besar demi meningkatkan keuntungan. Sebaliknya, ketika harga turun, biasanya investor terburu-buru cut loss agar tidak rugi lebih dalam,” katanya.
Keempat, sederhana dan mudah. Strategi ini cukup sederhana karena konsisten menabung dalam jumlah yang sama di setiap periodenya tanpa mengkhawatirkan kondisi apapun di pasar. Metode ini biasanya disarankan untuk investor pemula sebab tidak memerlukan perhitungan yang rumit.
"Namun metode DCA ini tidak cocok diterapkan dalam emiten yang tidak bertumbuh atau emiten yang terus merugi karena kinerja perusahaan yang buruk. Untuk itu, penting bagi setiap investor untuk memahami fundamental setiap emiten mana yang cocok dengan profil risiko dan tujuan investasi,” pungkas Chisty.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News