"Di Januari sebelum korona terjadi nett inflow. Begitu 25 Januari ketika korona merebak, itu terjadi outflow," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam sebuah diskusi di Hotel Pullman, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu, 11 Maret 2020.
Keluarnya modal asing tersebut berasal dari berbagai instrumen portofolio. Pada obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) misalnya, terjadi outflow sebanyak Rp31,76 triliun (ytd).
Selanjutnya, dari portofolio saham yang terjadi outflow sebesar Rp4,87 triliun (ytd). Kemudian dari Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang mengalami outflow sebanyak Rp3,53 triliun.
Meskipun demikian, Perry menekankan investor asing yang menjual berbagai investasi portofolionya tersebut masih menyimpan uangnya di Indonesia. Sebab dampak korona menyebar ke seluruh penjuru dunia, tak hanya Asia, tapi juga Amerika dan Eropa.
"Global investor jual dulu dulu dan masih menyimpan uangnya di Indonesia sambil menunggu kejelasan ini, dan kemudian beli lagi. Beberapa (investor global) sudah ada yang membeli lagi, itu terjadi baik di SBN maupun di saham," jelasnya.
Pada kondisi seperti ini, ungkap Perry, bank sentral menjual valuta asing (valas) dan membeli SBN yang dijual investor di pasar sekunder. Hal tersebut bertujuan untuk menstabilkan nilai tukar rupiah.
"Sehingga BI sekarang termasuk pemilik SBN yang relatif besar karena juga bagian kami dalam melakukan operasi moneter. Dulu operasi moneter kami dengan mengeluarkan SBI, sekarang dengan reverse repo," beber dia.
Reverse repo yang dimaksud ialah menjual SBN ke perbankan dengan janji membeli kembali. "Sehingga operasi moneter kami sekarang sebagian besar menggunakan SBN yang kami miliki sebagai underlying transaction," pungkas Perry.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id