Ilustrasi perbankan syariah - - Foto: Antara/ Hafidz Mubarak
Ilustrasi perbankan syariah - - Foto: Antara/ Hafidz Mubarak

OJK Optimistis Bank-bank Syariah Ikuti Jejak Merger BSI

Husen Miftahudin • 25 Februari 2021 16:16
Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan (OJK) optimistis bank-bank syariah secara masif akan mengikuti jejak merger bank-bank syariah Himpunan Bank Milik Negara (Himbara). Merger antarbank perlu dilakukan oleh bank-bank syariah guna meningkatkan kapasitas permodalan mereka.
 
Kepala Eksekutif Pengawasan Perbankan OJK Heru Kristiyana mengakui kapasitas modal di bank-bank syariah masih banyak yang berada di level Bank Umum berdasarkan Kegiatan Usaha (BUKU) II atau dengan modal inti antara Rp1 triliun sampai Rp5 triliun. Kondisi ini membuat industri perbankan syariah sulit bersaing dengan bank konvensional.
 
"Terkait dengan daya saing, kapasitas modal di bank syariah ini kita melihat masih banyak di BUKU II. Kalau kita kemarin melihat adanya merger beberapa bank syariah Himbara, kita harapkan pola-pola seperti itu diikuti karena menjadi sangat penting untuk kita bisa menghadapi berbagai tantangan," ujar Heru dalam Launching dan Konferensi Pers Roadmap RP2SI 2020-2025 secara virtual, Kamis, 25 Februari 2021.

Selain itu, Heru menekankan bahwa bank-bank syariah perlu merespons perubahan seluruh ekosistem di tengah pandemi covid-19, utamanya dalam menerapkan digitalisasi dalam setiap produk dan layanan keuangan.
 
Dalam hal ini, perbankan syariah harus menyiapkan sumber daya manusia yang punya kapabilitas mumpuni, bisnis proses yang efektif dan efisien, serta infrastruktur agar dapat menguatkan identitas perbankan syariah nasional.
 
"Saya sangat yakin bahwa kalau kita sudah menuju ke sana, harapan kita Indonesia menjadi pusat ekonomi dan keuangan syariah bisa terlaksana. Juga perbankan syariah kita akan mempunyai peran yang semakin besar di dalam perbankan nasional kita," harap dia.
 
Oleh karena itu, kecepatan implementasi digitalisasi di perbankan syariah diharapkan sama dengan bank konvensional. Sebab, salah satu produk dan layanan yang paling dilirik nasabah adalah karena adanya penerapan digitalisasi di dalamnya.
 
"Karena dalam masa pandemi seperti sekarang ini tentunya mereka tidak akan mau datang ke bank hanya sekadar untuk melakukan transaksi, transfer, dan buka rekening. Makanya transaksi digital ini menjadi suatu hal keharusan," tegas Heru.
 
Menurutnya merger adalah langkah yang tepat dalam upaya mengakselerasi penerapan digitalisasi. Langkah itu dapat meningkatkan kapasitas permodalan, sehingga bisa dengan lincah mendorong kesiapan infrastruktur teknologi dan sumber daya manusianya.
 
"Apakah BSI (Bank Syariah Indonesia) akan diikuti yang lain? Saya yakin benar larinya ke sana, karena penguatan permodalan adalah satu tuntutan kalau kita diminta untuk mengikuti perkembangan digital. Transaksi-transaksi digital tentunya memerlukan modal, jangan sampai perbankan kita lupa atau tidak cepat mengikuti perkembangan itu sehingga akan ditinggalkan nasabah," pesan Heru.
 
Meski demikian, Heru belum mengetahui pasti bank-bank syariah mana saja yang akan mengikuti jejak merger Bank Syariah Indonesia. Namun ia yakin sejumlah bank syariah sudah menyatakan keinginannya untuk melakukan merger.
 
"Saya belum melihat secara persis rencana bisnis dari mereka, tetapi beberapa bank mengatakan ingin ke sana untuk mengikuti perkembangan yang terjadi ke depan. Bahkan nanti akan diikuti dengan merger," pungkas Heru.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(Des)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan