Perlambatan M2 terutama disebabkan oleh melambatnya uang kuasi. Uang kuasi, dengan pangsa 44,0 persen dari M2, tercatat sebesar Rp3.374,5 triliun pada Februari 2022, atau tumbuh 5,9 persen (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 7,8 persen (yoy).
"Perlambatan uang kuasi terjadi pada seluruh komponen, baik simpanan berjangka, tabungan lainnya maupun giro valas (valuta asing)," ungkap Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam Analisis Uang Beredar Posisi Februari 2022 dikutip dari laman resmi Bank Indonesia, Kamis, 24 Maret 2022.
Di sisi lain, komponen M1 dan surat berharga selain saham tumbuh meningkat sehingga menahan perlambatan M2 lebih dalam. M1 dengan pangsa 55,7 persen terhadap M2 tumbuh 18,3 persen (yoy) pada bulan laporan, lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 17,1 persen (yoy).
Dijelaskan Erwin bahwa peningkatan terjadi pada uang kartal dan tabungan rupiah yang dapat ditarik sewaktu-waktu. Adapun peredaran uang kartal pada Februari 2022 tercatat sebesar Rp796,1 triliun, atau tumbuh 14,0 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 7,4 persen (yoy).
"Peningkatan kartal sejalan dengan meningkatnya kebutuhan kartal masyarakat pada momentum long weekend di akhir Februari 2022. Sementara tabungan rupiah yang dapat ditarik sewaktu-waktu dengan pangsa 48,6 persen terhadap M1, tercatat sebesar Rp2.078,6 triliun pada posisi laporan, atau tumbuh 13,7 persen (yoy), meningkat dibandingkan Januari 2022 sebesar 12,5 persen (yoy)," tuturnya.
Namun demikian, tingginya pertumbuhan M1 sedikit tertahan oleh giro rupiah yang tumbuh 28,8 persen (yoy) pada Februari 2022, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 31,9 persen (yoy). Sejalan dengan perlambatan giro rupiah, dana float (saldo) uang elektronik juga tercatat melambat.
Dana float uang elektronik tercatat sebesar Rp10,5 triliun, tumbuh 36,9 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya 39,0 persen (yoy). Pangsa dana float (saldo) uang elektronik terhadap M1 pada posisi laporan sebesar 0,2 persen.
Untuk komponen surat berharga selain saham dengan pangsa 0,3 persen terhadap M2 tumbuh 17,5 persen (yoy), sehubungan dengan perkembangan kewajiban akseptasi bank terhadap sektor swasta domestik, sertifikat deposito, dan obligasi dengan jatuh tempo dibawah satu tahun.
Berdasarkan faktor yang memengaruhinya, perkembangan M2 pada Februari 2022 sejalan dengan berlanjutnya akselerasi penyaluran kredit di tengah perlambatan ekspansi keuangan pemerintah pusat dan aktiva luar negeri bersih.
Pada Februari 2022, penyaluran kredit tumbuh 5,9 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 5,4 persen (yoy) sejalan dengan peningkatan penyaluran kredit produktif maupun konsumtif.
Di sisi lain, ekspansi keuangan pemerintah tercatat melambat seiring dengan perlambatan pertumbuhan tagihan bersih sistem moneter kepada pemerintah pusat, dari 48,1 persen (yoy) pada Januari 2022 menjadi 42,7 persen (yoy) pada bulan laporan.
"Hal tersebut disebabkan oleh perlambatan tagihan sistem moneter kepada pemerintah pusat berupa kepemilikan surat berharga negara. Demikian pula aktiva luar negeri bersih pada Februari 2022 yang tumbuh sebesar 1,4 persen (yoy) atau melambat dibandingkan Januari 2022 sebesar 1,8 persen (yoy), sejalan dengan perkembangan cadangan devisa dan penguatan rupiah terhadap valuta asing," tutup Erwin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News