Tak ditampik, hampir semua kategori produk konsumen masih mengalami pertumbuhan negatif. Emiten sektor produk konsumsi dinilai masih dapat menjaga profitabilitas meski terbatas. Berbagai perusahaan pun tetap mampu menjaga kinerja yang efisien di tengah pandemi.
Presiden Direktur Unilever Indonesia Ira Noviarti menyampaikan, dalam menghadapi pandemi yang berkepanjangan, perseroan tetap berfokus pada pertumbuhan dan keberlanjutan bisnis jangka panjang.
Fokus tersebut ditentukan oleh tiga prioritas utama yaitu ketersediaan produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen, keselamatan, dan kesejahteraan karyawan. "Serta tetap berkontribusi pada berbagai upaya yang dilakukan pemerintah agar Indonesia segera bangkit lebih kuat pascapandemi," ujar Ira, dalam keterangan resminya, Jumat, 30 April 2021.
Dia menjelaskan pada kuartal I-2021 belum terjadi pembatasan aktivitas masyarakat yang ditetapkan oleh pemerintah, sehingga kondisi ini menciptakan situasi yang kontras pada performa usaha lintas sektor.
Meski demikian, Unilever berhasil mencapai laba bersih sebesar Rp1,7 triliun dan peningkatan marjin laba sebelum pajak melalui optimalisasi dalam beberapa aspek, termasuk efisiensi pada operasional perusahaan.
Selain itu, lanjut dia, perusahaan juga berupaya menjaga daya beli agar pemulihan ekonomi bisa semakin positif. Oleh karena itu, beberapa merek unggulan seperti Kecap Bango dan Sahaja kini telah tersedia pada kemasan ekonomis yang diharap mampu mendorong konsumsi masyarakat meski polanya berubah.
"Meski masih penuh tantangan, 2021 juga diharapkan menjadi tahun pemulihan. Dengan mengandalkan inovasi yang tepat sasaran memenuhi kebutuhan konsumen saat ini dan terus beriorientasi pada pertumbuhan jangka panjang, kami optimistis bahwa perseroan dapat mengatasi berbagai tantangan dan siap menyambut dengan maksimal begitu momentum pemulihan ekonomi tiba," jelasnya.
Analis pasar modal Sukarno Alatas, menilai, agar kinerja bisa tetap terjaga, saat ini perusahaan bisa fokus terhadap efisiensi biaya. Bahkan bisa melakukan diversifikasi produk jika diperlukan, sehingga tetap diminati konsumen. Apalagi di tengah pandemi, konsumen cenderung sensitif dengan harga.
"Kinerja sektor FMCG seperti Unilever dalam jangka panjang tetap positif karena selain target pasarnya besar, kontribusi tingkat konsumsi masyarakat terhadap ekonomi juga tinggi. Saat ini seharusnya menjadi kesempatan untuk masuk. Karena ketika pendemi selesai, tingkat konsumsi mulai normal di situ kita tinggal merasakan kenaikan dari kinerja perusahaan," ujar Sukarno.
Adapun strategi lain yang dilakukan Unilever yaitu meluncurkan Muslim Centre of Excellence (MCOE). Inovasi ini mendapat dukungan penuh dari pemerintah karena sejalan dengan visi Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia (Meksi) 2024.
Secara nasional, pemerintah masih mencatatkan pertumbuhan yang positif pada sektor industri halal, khususnya produk makanan, farmasi, kosmetik, dan kebutuhan rumah tangga. Lewat Unilever MCOE, Perseroan diharapkan mampu menjawab kebutuhan konsumen muslim di Indonesia, dan sekaligus menangkap peluang ekspor ke pasar global.
Sebelumnya, dalam paparan virtual peluncuran MCOE Menteri Keuangan Republik Indonesia Sri Mulyani Indrawati sempat menuturkan bahwa penguatan industri halal sejalan dengan upaya pemerintah mewujudkan visi Indonesia maju sebagai pusat ekonomi syariah dunia.
"Saya menghargai komitmen dan juga keseriusan Unilever Indonesia di dalam melahirkan produk-produk yang sesuai dengan nilai-nilai yang dipercaya oleh umat muslim, yaitu produk halal," ujar Sri Mulyani.
Dalam aspek kontribusi ke masyarakat, sekaligus penguatan komunitas Unilever melanjutkan beberapa program unggulan seperti dukungan sanitasi kepada 3.000 masjid di penjuru Tanah Air hasil kerja sama dengan Dewan Masjid Indonesia (DMI).
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News