Pulihnya ekonomi AS secara cepat memberi keuntungan sekaligus kerugian bagi pasar keuangan. Foto: AFP
Pulihnya ekonomi AS secara cepat memberi keuntungan sekaligus kerugian bagi pasar keuangan. Foto: AFP

Dua Sisi Mata Uang Kebangkitan AS di Pasar Saham dan Keuangan

Husen Miftahudin • 26 Maret 2021 11:04
Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam asesmen Rapat Dewan Komisioner (RDK) memperkirakan perekonomian global akan pulih lebih cepat. Hal ini terlihat dari akselerasi proses vaksinasi covid-19 secara global dan membaiknya sektor manufaktur.
 
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan, di Amerika Serikat (AS), perbaikan ekonomi diperkirakan berlangsung lebih cepat. Kondisi tersebut didorong oleh stimulus fiskal senilai USD1,9 triliun dan tingginya laju vaksinasi yang diperkirakan akan menciptakan herd immunity di semester II-2021.
 
Namun, perkembangan tersebut ibarat 'dua sisi mata uang' yang bisa menguntungkan dan merugikan di sisi yang lainnya. Menurut Wimboh, perbaikan ekonomi yang diperkirakan berlangsung lebih cepat di AS berdampak besar terhadap pasar saham dan pasar keuangan.

"Optimisme pemulihan ekonomi di AS mendorong kenaikan yield US Treasury dan meningkatkan volatilitas pasar keuangan global, terutama di pasar obligasi dan nilai tukar negara emerging markets," ungkap Wimboh dalam siaran persnya, Jumat, 26 Maret 2021.
 
Untuk perkembangan positif dari sisi perekonomian dan progres vaksinasi di AS tersebut mendorong pasar saham global menguat di bulan Maret. Sampai dengan 19 Maret 2021, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat sebesar 1,8 persen (mtd).
 
Namun demikian, peningkatan volatilitas di pasar keuangan global justru ikut mendorong kenaikan imbal hasil (yield) obligasi domestik dan nilai tukar rupiah yang melemah sebanyak 1,1 persen (mtd) ke Rp14.400 per USD.
 
"Pelemahan tersebut diiringi dengan outflow investor non residen sebesar Rp0,12 triliun (mtd) dan Rp1,01 triliun (mtd). Secara year to date (ytd), pasar saham net buy Rp0,92 triliun sedangkan pasar SBN (Surat Berharga Negara) net sell Rp1,3 triliun," jelas Wimboh.
 
Sebelumnya, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Sugeng menilai pemulihan ekonomi AS yang berlangsung lebih cepat akan memberi dampak positif bagi perekonomian Indonesia, khususnya terkait ekspor ke AS yang bakal lebih tinggi. "Kita lihat bersama bahwa secara global tumbuh lebih tinggi perkiraannya, dan khusus untuk AS ini sangat penting. Ini tentunya merupakan suatu peluang bagi kita," tutur Sugeng.
 
Menurutnya, perbaikan ekonomi AS pascavaksinasi yang lebih cepat memberikan peluang bagi Indonesia untuk memicu pertumbuhan ekspor yang lebih tinggi lagi. Saat ini ekspor sudah mulai menggeliat, terutama di AS. "Hal ini menjadi kesempatan yang sangat bagus bagaimana bisa mendorong ekspor kita ke AS, terutama produk-produk manufaktur Indonesia," tegas Sugeng.
 
Sementara itu, Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengungkapkan bahwa gelontoran stimulus yang dilakukan Pemerintah AS dengan jumlah yang cukup besar membuat nilai tukar rupiah terus berada dalam tren pelemahan pada beberapa pekan terakhir.
 
"Pemulihan ekonomi AS yang berlangsung lebih cepat ini ini berdampak terhadap kenaikan yield obligasi AS bertenor 10 tahun, sehingga membuat indeks USD menguat. Walhasil kondisi tersebut mengakibatkan mata uang rupiah terus mengalami pelemahan," pungkas Ibrahim.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEV)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan