Mengutip Bloomberg, Jumat, 19 November 2021, rupiah melemah ke level Rp14.232 per USD dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya yang berada di posisi Rp14.220 per USD.
Jika dibandingkan dengan pembukaan perdagangan pagi ini yang dibuka ke posisi Rp14.220 per USD, nilai tukar rupiah sudah bergerak melemah hingga 12 poin atau setara 0,08 persen.
Adapun rentang gerak rupiah berada di kisaran Rp14.211-Rp14.246 per USD. Sementara year to date (ytd) return terpantau sebesar 1,30 persen.
Sementara itu melansir data Yahoo Finance, rupiah diperdagangkan ke posisi Rp14.228 per USD. Gerak rupiah terpantau stagnan dibandingkan pembukaan perdagangan.
Sedangkan berdasarkan data kurs referensi Bank Indonesia, Jakarta Interbank Spot Dolar Rate (Jisdor), rupiah diperdagangkan ke posisi Rp14.237 per USD.
Melansir Antara, kurs rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta menjelang akhir pekan ditutup melemah seiring pelaku pasar yang menanti respons bank sentral Amerika Serikat, The Fed terhadap kenaikan inflasi di Negeri Paman Sam.
"Dolar diperdagangkan lebih tinggi pada hari ini terhadap mata uang lainnya, para pedagang fokus pada bank sentral yang diperkirakan akan menanggapi kenaikan tingkat inflasi dengan kenaikan suku bunga," kata analis sekaligus Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi.
The Fed tengah mempertimbangkan kenaikan suku bunga sebelumnya karena inflasi terus meningkat dan pemulihan ekonomi dari covid-19 berlanjut. Data dari minggu sebelumnya juga menunjukkan inflasi naik ke level tertinggi dalam 30 tahun pada Oktober.
Presiden Fed Chicago Charles Evans, salah satu pembuat kebijakan dovish bank sentral, mengatakan ia berpikiran terbuka untuk mengubah kebijakan moneter pada 2022 jika inflasi terus tetap tinggi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News