Ilustrasi. Foto: Medcom.id
Ilustrasi. Foto: Medcom.id

Pahami 7 Risiko Ini Sebelum Memutuskan Investasi Saham

Annisa ayu artanti • 27 Mei 2024 12:25
Jakarta: Investasi menjadi salah satu cara bagi individu untuk dapat mencapai tujuan finansial atau kemerdekaan finansial di hidupnya.
 
Salah satu instrumen investasi yang dapat diikuti adalah investasi saham.
 
Investasi saham merupakan instrumen investasi yang masuk ke dalam kategori instrumen investasi high risk high return.

SEVP Retail Markets & Technology BNI Sekuritas Teddy Wishadi menyampaikan investasi saham, meskipun menawarkan potensi pengembalian yang tinggi, juga memiliki risiko yang perlu diperhatikan.
 
Oleh karena itu, dianjurkan bagi para investor dan calon investor untuk dapat mengenali risiko investasi saham agar mereka dapat membangun portofolio yang sehat dan berkelanjutan.
 
Menurut Teddy, terdapat tujuh risiko investasi saham yang perlu diketahui, yaitu:

Risiko likuiditas

Risiko likuiditas adalah risiko yang terjadi ketika suatu aset, seperti saham, sulit untuk dibeli atau dijual dengan cepat tanpa memengaruhi harga pasar secara signifikan.
 
Risiko ini muncul karena kurangnya minat dari investor atau terbatasnya likuiditas (kelancaran transaksi) pada aset tertentu. Dalam konteks saham, risiko likuiditas bisa menyebabkan penurunan harga jual karena ada sedikit pembeli yang bersedia membeli saham tersebut, sehingga investor mungkin harus menjual saham dengan harga yang lebih rendah dari yang diharapkan.

Risiko forced delisting

Risiko forced delisting adalah situasi saat sebuah perusahaan dipaksa untuk menghapus sahamnya dari bursa efek.
 
Hal ini menyebabkan investor dapat kehilangan nilai investasi karena saham perusahaan yang terpaksa delisting mungkin akan mengalami penurunan nilai atau menjadi tidak likuid.
 
"Berdasarkan Pengumuman Bursa No. Peng-SPT-00006/BEI.PP3/05-2023 tanggal 8 Mei 2023, BEI dapat menghapus saham perusahaan tercatat apabila mengalami kondisi atau peristiwa, yang secara signifikan berpengaruh negatif terhadap kelangsungan usaha emiten, baik secara finansial maupun secara hukum. Oleh karena itu, penting bagi tiap investor untuk melakukan riset menyeluruh tentang perusahaan yang akan kita investasikan," jelas Teddy.
 
Baca juga: Tips Berinvestasi Saham dan Emas untuk Gen Z

Risiko capital loss

Risiko capital loss adalah risiko di mana nilai investasi seseorang menurun dari harga beli awalnya. Hal ini terjadi ketika harga aset, seperti saham atau obligasi, turun di bawah harga beli investor. Risiko ini umumnya terjadi karena fluktuasi pasar yang dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti kondisi ekonomi, kinerja perusahaan, atau peristiwa berita.

Risiko pasar (systematic risk)

Risiko pasar pada investasi saham merujuk pada fluktuasi harga saham yang disebabkan oleh perubahan kondisi pasar secara keseluruhan. Risiko ini tidak dapat dihindari dan dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal seperti kondisi ekonomi, suku bunga, sentimen investor, dan peristiwa politik.
 
Menurut Teddy, diversifikasi portofolio dapat membantu mengurangi kerugian dan melindungi nilai investasi dari dampak negatif yang mungkin timbul akibat fluktuasi pasar.

Risiko tidak sistematis (unsystematic risk)

Risiko tidak sistematis (unsystematic risk) dalam konteks investasi saham adalah risiko yang bersifat spesifik bagi suatu perusahaan atau aset tertentu, dan tidak terkait dengan perubahan yang terjadi di pasar secara keseluruhan.
 
Risiko ini dapat dianggap sebagai risiko idiosinkratis yang dapat dikelola atau diatasi melalui diversifikasi portofolio. “Sama halnya dengan risiko pasar, investor dapat mengelola risiko ini dengan cara diversifikasi portofolio," tambah Teddy.

Risiko inflasi

Risiko inflasi dalam investasi saham adalah potensi penurunan daya beli karena kenaikan tingkat inflasi. Inflasi dapat menyebabkan penurunan nilai riil, pendapatan dividen, dan kinerja pasar saham.
 
Teddy mengatakan beberapa sektor mungkin lebih rentan terhadap risiko inflasi daripada yang lain. Misalnya, sektor utilitas yang biasanya memiliki struktur harga yang diatur oleh pemerintah mungkin tidak dapat menyesuaikan harga jual mereka secara cepat dengan tingkat inflasi, yang dapat mengurangi profitabilitas mereka dan memengaruhi harga saham.

Risiko kebangkrutan

Risiko kebangkrutan adalah kemungkinan perusahaan tidak dapat membayar hutang atau kewajiban keuangannya.
 
Risiko ini dapat berdampak negatif pada nilai saham dan menyebabkan kerugian bagi investor. Penyebabnya dapat meliputi kinerja buruk, manajemen yang tidak efisien, utang berlebihan, atau persaingan industri.
 
"Investor diharapkan dapat menilai keberlangsungan bisnis perusahaan dalam jangka panjang agar dapat terhindar dari risiko ini. Pasalnya, saham dari perusahaan yang gagal beradaptasi dengan perubahan dalam industri atau pasar yang lebih luas memiliki risiko kebangkrutan yang lebih tinggi,” ujar Teddy.
 
Menurut dia, melalui pemahaman yang mendalam mengenai risiko-risiko investasi saham dan pengelolaannya, para investor dapat mengambil keputusan yang lebih cerdas dan terinformasi. 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(ANN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan