Ilustrasi. Foto: dok MI.
Ilustrasi. Foto: dok MI.

Gara-gara Ini Rupiah Masih Bergerak Stagnan

Husen Miftahudin • 21 Februari 2022 17:13
Jakarta: Kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) stagnan pada awal pekan ini di tengah kekhawatiran pasar keuangan global terhadap invasi Rusia ke Ukraina.
 
"Dalam perdagangan sore ini, rupiah ditutup stagnan walaupun sebelumnya sempat menguat empat poin," ungkap analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam analisis hariannya, Senin, 21 Februari 2022.
 
Kata Ibrahim, Presiden AS Joe Biden menuduh invasi Rusia bisa datang dalam beberapa hari, dan langsung dibantah. Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov pun akan bertemu Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pada akhir pekan ini di Eropa. Sementara Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin juga dilaporkan telah menyetujui secara prinsip untuk pertemuan puncak.

"Selain itu, para pelaku pasar mata uang juga fokus pada kebijakan bank sentral, mencari petunjuk tentang kecepatan dan ukuran kenaikan suku bunga di pasar utama," terangnya.
 
Menurut Ibrahim, langkah menuju investasi safe haven telah mengatasi kekhawatiran tentang potensi kenaikan suku bunga dari Federal Reserve AS. Gubernur Fed Lael Brainard, Presiden Fed New York John Williams, dan Presiden Fed Chicago Charles Evans mengatakan mereka ingin memulai kenaikan suku bunga. Namun, mereka tidak mengisyaratkan kenaikan besarannya sebelum pertemuan bank sentral berikutnya.
 
"Dalam berita bank sentral lainnya, suku bunga pinjaman People's Bank of China akan jatuh tempo di kemudian hari. Reserve Bank of New Zealand akan memberikan keputusan kebijakannya pada Rabu, dengan Gubernur Bank of England Andrew Bailey muncul di hadapan Komite Keuangan pada hari yang sama. Bank of Korea akan menurunkan keputusan kebijakannya pada Kamis," urai Ibrahim.

Faktor dalam negeri

Sedangkan dari dalam negeri, lanjut Ibrahim, Bank Indonesia (BI) melaporkan neraca pembayaran Indonesia (NPI) pada 2021 mencatatkan surplus yang tinggi sebesar USD13,5 miliar atau sekitar Rp193 triliun. Capaian surplus tersebut jauh meningkat dibandingkan capaian surplus pada tahun sebelumnya sebesar USD2,6 miliar, sehingga mendukung ketahanan sektor eksternal Indonesia tetap terjaga.
 
BI mencatat, transaksi berjalan atau current account pada 2021 membukukan surplus sebesar USD3,3 miliar atau 0,3 persen dari Produk DOmestik Bruto (PDB). Surplus tersebut meningkat setelah mencatatkan defisit pada 2020 sebesar USD4,4 miliar atau mencapai 0,4 persen dari PDB.
 
Surplus transaksi berjalan terutama ditopang oleh pesatnya kinerja ekspor sejalan dengan meningkatnya permintaan dari negara mitra dagang dan tingginya harga komoditas global, di tengah impor yang juga meningkat seiring perbaikan ekonomi domestik.
 
Di samping itu, transaksi modal dan finansial pada 2021 juga membukukan surplus sebesar USD11,7 miliar, lebih tinggi dari capaian pada tahun sebelumnya sebesar USD7,9 miliar, terutama ditopang oleh investasi langsung dan investasi portofolio.
 
"Pada kuartal Keempat 2021, NPI mencatat defisit yang rendah sebesar USD0,8 miliar, ditopang oleh surplus transaksi berjalan yang berlanjut, sementara transaksi modal dan finansial mencatatkan defisit. BI pun mencatat, posisi cadangan devisa pada akhir Desember 2021 meningkat menjadi sebesar USD144,9 miliar atau setara dengan pembiayaan 7,8 bulan impor dan utang luar negeri pemerintah serta berada di atas standar kecukupan internasional," jelas Ibrahim.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan