Terkait membaiknya kinerja sektor pertambangan, disebabkan naiknya harga komoditas akibat pandemi covid-19 dan ketegangan perang antara Rusia dan Ukraina. Sejumlah komoditas yang mengalami kenaikan harga seperti minyak kelapa sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO), batu bara, hingga nikel.
Kenaikan harga komoditas tersebut turut menyebabkan kualitas kredit perbankan pada sektor tersebut juga mulai pulih. Bhima menyebut, adanya peningkatan harga komoditas merupakan momentum yang perlu diambil industri perbankan untuk kembali memperbaiki kualitas kreditnya di sektor pertambangan.
"Bank idealnya meningkatkan penyaluran ke sektor yang sesuai standar ESG salah satunya adalah EBT. Tapi dalam praktiknya terdapat pertimbangan momentum boom commodity masih akan dimanfaatkan untuk recovery kredit secara cepat. Ada dilema," jelas Bhima, dikutip dari Mediaindonesia.com, Jumat, 20 Mei 2022.
Hal itu meski di sisi lain perbankan juga tetap menyalurkan dan meningkatkan pembiayaan hijau. Terlebih tahun ini pembiayaan hijau seperti Energi Baru dan Terbarukan (EBT) diprediksi semakin subur digencarkan perbankan.
Sebagai bagian dari komitmen Indonesia dalam mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan, berbagai langkah dan strategi dilakukan seluruh pihak, termasuk industri perbankan. Salah satu aspek yang dilakukan perbankan adalah menyalurkan pembiayaan hijau.
Bhima menjelaskan prospek pertumbuhan kredit perbankan masih akan positif sepanjang kuartal II tahun ini. "Dipengaruhi pertumbuhan kredit investasi di sektor pertambangan dan perkebunan, sementara itu pelonggaran mobilitas akan dorong kredit segmen jasa akomodasi dan transportasi," ucap dia.
Melihat prospek tersebut, perbankan juga harus tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan kredit. Sehingga, pertumbuhan kredit dibarengi dengan perbaikan kualitas kredit dapat mempercepat pemulihan ekonomi nasional.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News