Ilustrasi Penerbitan Obligasi Korporasi. Foto : MI.
Ilustrasi Penerbitan Obligasi Korporasi. Foto : MI.

Riset: Suku Bunga Naik, Penerbitan Obligasi Korporasi Marak

Arif Wicaksono • 24 Januari 2022 12:35
Jakarta: Seiring dengan percepatan pengetatan likuiditas The Fed dan potensi kenaikan suku bunga The Fed atau Fed Fund Rate (FFR) sebanyak empat kali di 2022 serta inflasi dalam negeri yang terus merangkak naik. Bank Sentral Indonesia mulai melakukan pengetatan likuiditas yang dimulai dengan menaikkan tingkat Giro Wajib Minimum (GWM) perbankan pada akhir kuartal I-2022.
 
Riset PT Infovesta Utama mengatakan hal tersebut diprediksi akan diikuti kenaikan tingkat suku bunga acuan sebanyak dua kali di 2022. Suku bunga dalam negeri yang terjaga di level 3,5 persen dari Februari 2021 hingga kini, masih dimanfaatkan oleh pelaku usaha sebagai momentum dalam memperoleh pendanaan melalui penerbitan obligasi korporasi dengan cost of fund yang relatif lebih rendah.
 
Aktivitas ekonomi yang terus mengalami perbaikan mendorong dunia usaha kembali menggencarkan aktivitas operasionalnya. Alhasil, penerbitan obligasi dalam negeri begitu masif.

"Tercatat penerbitan obligasi korporasi pada 2021 tumbuh cukup signifikan hingga naik 222,17 persen menjadi Rp205,77 triliun dengan kenaikan tertinggi pada kelompok peringkat paling aman (AAA naik 374,69 persen) dan penurunan tertinggi pada peringkat dengan risiko tinggi (BBB turun 28,41 persen)," jelas riset itu, dikutip Senin, 24 Januari 2022.
 
Hal tersebut tentunya memberikan banyaknya varian dan pilihan produk di pasar obligasi korporasi dengan tingkat imbal hasil dan risiko yang bervariasi tentunya. Sepanjang 2022, kinerja obligasi korporasi lebih unggul dibandingkan SBN sebagaimana tercermin melalui Infovesta Corporate Bond Index sebesar naik 0,44 persen dan Infovesta Government Bond Index sebesar minus 0,10 persen.
 
Stabilnya pergerakan harga obligasi korporasi didorong oleh pemulihan ekonomi yang mendorong membaiknya neraca keuangan perusahaan setelah mampu beradaptasi dengan pandemi.
 
"Kami memandang dampak kenaikan suku bunga di tahun ini akan minim ke pasar korporasi bahkan cenderung lebih stabil dibandingkan SBN. Obligasi korporasi sebagai underlying asset atas reksa dana pendapatan tetap berpotensi mengalami kenaikan komposisi sebagai respons perubahan market. Tekanan tersebut juga diprediksi cukup terjaga pada kurs rupiah di level Rp14.500 per USD," jelas riset itu.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan