Ilustrasi. Foto: MI/Ramdani
Ilustrasi. Foto: MI/Ramdani

Kasus Covid-19 Reda, Peredaran Uang di Indonesia Naik Jadi Rp7.572,2 Triliun

Husen Miftahudin • 23 Desember 2021 14:18
Jakarta: Bank Indonesia (BI) melaporkan likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada November 2021 tumbuh meningkat. Posisi M2 mencapai Rp7.572,2 triliun atau tumbuh sebesar 11,0 persen year on year (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 10,5 persen (yoy).
 
"Peningkatan tersebut didorong oleh akselerasi komponen M1 dan uang kuasi. M1 tumbuh 14,7 persen (yoy), sedikit lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang sebesar 14,6 persen (yoy) karena didorong oleh pertumbuhan peredaran uang kartal dan giro rupiah," ungkap Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam Analisis Uang Beredar dikutip dari laman resmi Bank Indonesia, Kamis, 23 Desember 2021.
 
Adapun peredaran uang kartal pada November 2021 tercatat sebesar Rp775,1 triliun, atau tumbuh 8,8 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 8,3 persen (yoy). Hal tersebut sejalan dengan peningkatan aktivitas masyarakat menjelang akhir tahun dan meredanya kasus covid-19 di Indonesia.

Sementara itu, giro rupiah pada November 2021 tumbuh 23,3 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 21,4 persen (yoy). Pertumbuhan giro rupiah sedikit tertahan oleh perlambatan dana float (saldo) uang elektronik yang tercatat sebesar Rp8,2 triliun, atau tumbuh 10,9 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya 11,7 persen (yoy). Pangsa dana float (saldo) uang elektronik terhadap M1 adalah 0,20 persen.
 
Di sisi lain, tabungan rupiah yang dapat ditarik sewaktu-waktu pada November 2021 tercatat sebesar Rp2.031,5 triliun, dengan pangsa sebanyak 49,0 persen terhadap M1. Tabungan rupiah yang dapat ditarik sewaktu-waktu tumbuh sebesar 11,9 persen (yoy), melambat dibandingkan Oktober 2021 yang sebesar 13,0 persen (yoy).
 
Sementara itu, uang kuasi pada November 2021, dengan pangsa 45,0 persen dari M2, tercatat sebesar Rp3.405,8 triliun, atau tumbuh 7,0 persen (yoy), lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 6,0 persen (yoy). Ini didorong oleh peningkatan simpanan berjangka dan giro valas.
 
Bank Indonesia juga mencatat bahwa surat berharga selain saham tercatat tumbuh negatif 16,3 persen (yoy). Pertumbuhan negatif ini lebih dalam dibandingkan dengan pertumbuhan negatif bulan sebelumnya yang minus 10,6 persen (yoy).
 
"Hal tersebut terutama disebabkan oleh penurunan kepemilikan lembaga keuangan non bank atas surat berharga yang diterbitkan bank dalam rupiah," jelas Erwin.
 
Berdasarkan faktor yang mempengaruhi peredaran uang di Indonesia, pertumbuhan M2 dipengaruhi oleh penyaluran kredit dan Aktiva Luar Negeri Bersih. Penyaluran kredit pada November 2021 tumbuh 4,4 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 3,0 persen (yoy) sejalan dengan peningkatan penyaluran kredit produktif maupun konsumtif.
 
Aktiva Luar Negeri Bersih pada November 2021 tumbuh sebesar 10,6 persen (yoy), meningkat dibandingkan Oktober 2021 yang tumbuh sebesar 5,7 persen (yoy), disebabkan oleh naiknya tagihan sistem moneter kepada bukan penduduk seiring dengan peningkatan cadangan devisa.
 
Sementara itu, tagihan bersih kepada pemerintah pusat pada November 2021 tercatat stabil sebesar 30,4 persen (yoy). Ini disebabkan karena adanya perlambatan kewajiban sistem moneter kepada pemerintah pusat.
 
"Perlambatan kewajiban sistem moneter tersebut berupa simpanan dalam rupiah karena penarikan, yang diimbangi dengan perlambatan tagihan kepada pemerintah pusat berupa kepemilikan Surat Berharga Negara (SBN)," pungkas Erwin.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEV)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan