Jangka waktu pelaksanaan buyback adalah dalam 12 bulan setelah menerima persetujuan. Hal tersebut dipaparkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) dan paparan publik.
"Kami akan terus menjaga posisi keuangan yang sehat dan kuat untuk mengantisipasi kebutuhan modal kerja ke depan," ujar Direktur Utama Harita Nickel Roy Arman Arfandy, dikutip Jumat, 28 Juni 2024.
Di sisi lain, perseroan juga menetapkan pembagian dividen sebesar Rp1,6 triliun atau 30 persen dari laba yang tahun buku 2023. Perseroan membukukan pendapatan sebesar Rp23,86 triliun yang meningkat sebanyak 149,4 persen dibanding tahun sebelumnya.
Selain itu, laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk perseroan sebesar Rp5,62 triliun, yakni meningkat 20,4 persen dari tahun sebelumnya.
Harita Nickel memaparkan kinerja operasional dan keuangan perseroan, serta berbagai proyek yang sedang dijalankan. Perseroan memproduksi tambang sebanyak 5,88 juta wet metrik ton (wmt) di kuartal pertama 2024, atau meningkat sebanyak 38 persen dari periode yang sama di tahun sebelumnya.
Hasil tersebut didapatkan dari dua tambang yang sudah beroperasi, yaitu PT TBP dan PT GPS, sedangkan tiga tambang lainnya, yakni PT JMP, PT OAM, dan PT GTS masih dalam tahap eksplorasi.
Baca juga: Harita Nickel Cetak Kenaikan Pendapatan 26% di Kuartal I-2024 |
Kurangi limbah produksi
Perseroan dengan mitra strategisnya juga telah mendirikan PT Bhakti Bumi Sentosa (BBS) untuk mengurangi limbah dari produksi High Pressure Acid Leach (HPAL) dan PT Cipta Kemakmuran Mitra (CKM) untuk mengubah produksi limestone menjadi quicklime yang dapat menekan biaya produksi dari fasilitas HPAL.
Menanggapi perubahan pasar nikel yang menurun akhir-akhir ini, Roy menanggapi hal tersebut memang dapat terjadi karena beberapa faktor, salah satunya adalah ketegangan geopolitik. Dengan jumlah produksi nikel yang mencapai 5,88 juta ton pada kuartal I-2024, Roy tidak mempermasalahkan isu baterai LFP (lithium ferro phosphate) yang mengalami kenaikan tinggi tahun ini.
"LFP dengan NMC (nickel manganese cobalt) baterai itu masing-masing punya keunggulan sendiri-sendiri. Jadi kedepannya kami melihat baterai mobil listrik itu akan didominasi oleh dua, satu LFP, keduanya adalah NMC. Jadi saya enggak terlalu khawatir dengan adanya isu LFP naiknya banyak tahun ini karena karakternya masing-masing berbeda dan mempunyai keunggulan dan kelemahan masing-masing," tutur Roy.
Roy juga mengatakan, target produksi sampai akhir tahun ini untuk baterai mobil listrik akan mencapai 120 ribu ton yang berasal dari PT HPAL dan PT ONC. (Keizya Ham)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id